Ratusan Ummat Rayakan HUT Kongco Hian Thian Siang Tee Kelenteng Welahan

Padhang Pranoto
Senin, 16 April 2018 20:06:37


Murianews, Jepara - Kelenteng Welahan atau Hian Thian Siang Tee berulang warsa pada Senin (16/4/2018). Bak perayaan hari jadi pada umumnya, suasana terlhat meriah. Tamu-tamu kongco (patung dewa) dan umat dari 26 kelenteng di Jawa dan Sumatera pun ikut merayakan.
Terkait umur, tidak ada yang tahu pasti. Bahkan pengurus kelenteng pun tidak mengetahui pasti umur dari kelenteng yang berada di Gang Pinggir No 4 itu. Namun demikian, kelenteng ini dipercaya sebagai induk dari kelenteng-kelenteng lain yang ada di Jawa Tengah.
HUT Kelenteng Hian Thian Siang Tee sendiri dimulai ketika, puluhan kongco diarak mengelilingi areal di sekitar kelenteng. Mulai dari depan kelenteng lalu mengelilingi pasar dan berhenti di Kelenteng Ho Tek Bio, atau Kelenteng kidul (selatan) sebagai persemayaman Dewa Bumi.
Prosesi dimulai ketika tandu altar berisi singasana yang diduduki kongco dari 26 kelenteng. Dari depan kelenteng Welahan, altar tersebut kemudian diusung dengan berlari bolak-balik menuju aula depan sebanyak tiga kali, setelahnya barulah berbelok ke sebelah kiri dan kemudian diarak. Ritual itu disebut dengan Jut Byo atau keluar dari kelenteng.
Sementara altar dewa melakukan ritual, ratusan umat mengatupkan tangan tanda penghormatan dan pengharapan kepada dewa.
"Ini dalam rangka ulang tahun kongco Hian Thian Siang Tee, kalau umurnya berapa saya tidak ingat, namun sudah ratusan tahun yang lalu. Yang ikut disini ada 26 kelenteng, dari Gresik, bahkan Padang juga ada," tutur Sugandhi, pimpinan Kelenteng Welahan.
Dirinya menyebut, tujuan kirab itu untuk menolak segala mara bahaya. Diharapkan dengan ritual itu penyakit hilang dan kemakmuran akan menaungi bangsa Indonesia.
Hal serupa dikatakan Sumitro yang juga pengurus Yayasan Kelenteng Welahan. Menurutnya, kelenteng itu didirikan sebagai penghormatan atas dua bersaudara yang datang dari Tionghoa.
"Kelenteng ini boleh dikatakan sebagai yang tertua di antara kelenteng-kelenteng lain di Jawa Tengah. Maka dari itu banyak kelenteng yang kemari untuk mangayu bagya (merayakan, memberi selamat) saat HUT Hian Thian Siang Tee," urainya.
Edy Siswanto, Ketua Umum Kelenteng Kabupaten Pati membenarkan hal itu. Menurutnya, tiga dari empat kelenteng yang ada di Bumi Mina Tani mengambil abu dari Welahan.
"Kami jut byo atau keluar dari kelenteng Pati ke sini sebagai ucapan untuk mengenang leluhur karena abu yang ada di kami, berasal dari sini. Maka dari itu kami sowan ke sini," tuturnya.
Ia menyebut empat kelenteng di Pati adalah, Tjue Tik Bio, Hok Khing Bio, Hok Tek Bio dan Tjong Hok Bio.
"Nanti dewa kami akan menginap sementara di kelenteng kidul selama sebulan. Hal itu karena sudah menjadi tradisi, dan kami telah berkomunikasi pada leluhur kami melalui perantara pwak pwe (berbentuk seperti biji kacang dibelah dua, namun berukuran lebih besar). Jika dilempar lalu bijipwak pwe yang satu menghadap ke atas yang satu menghadap ke bawah itu artinya dewa setuju untuk menginap selama sebulan. Setelah itu kami akan pulang ke kelenteng kami sendiri," jelasnya.
Editor: Supriyadi
Terkait umur, tidak ada yang tahu pasti. Bahkan pengurus kelenteng pun tidak mengetahui pasti umur dari kelenteng yang berada di Gang Pinggir No 4 itu. Namun demikian, kelenteng ini dipercaya sebagai induk dari kelenteng-kelenteng lain yang ada di Jawa Tengah.
HUT Kelenteng Hian Thian Siang Tee sendiri dimulai ketika, puluhan kongco diarak mengelilingi areal di sekitar kelenteng. Mulai dari depan kelenteng lalu mengelilingi pasar dan berhenti di Kelenteng Ho Tek Bio, atau Kelenteng kidul (selatan) sebagai persemayaman Dewa Bumi.
Prosesi dimulai ketika tandu altar berisi singasana yang diduduki kongco dari 26 kelenteng. Dari depan kelenteng Welahan, altar tersebut kemudian diusung dengan berlari bolak-balik menuju aula depan sebanyak tiga kali, setelahnya barulah berbelok ke sebelah kiri dan kemudian diarak. Ritual itu disebut dengan Jut Byo atau keluar dari kelenteng.
Sementara altar dewa melakukan ritual, ratusan umat mengatupkan tangan tanda penghormatan dan pengharapan kepada dewa.
"Ini dalam rangka ulang tahun kongco Hian Thian Siang Tee, kalau umurnya berapa saya tidak ingat, namun sudah ratusan tahun yang lalu. Yang ikut disini ada 26 kelenteng, dari Gresik, bahkan Padang juga ada," tutur Sugandhi, pimpinan Kelenteng Welahan.
Dirinya menyebut, tujuan kirab itu untuk menolak segala mara bahaya. Diharapkan dengan ritual itu penyakit hilang dan kemakmuran akan menaungi bangsa Indonesia.
Hal serupa dikatakan Sumitro yang juga pengurus Yayasan Kelenteng Welahan. Menurutnya, kelenteng itu didirikan sebagai penghormatan atas dua bersaudara yang datang dari Tionghoa.
"Kelenteng ini boleh dikatakan sebagai yang tertua di antara kelenteng-kelenteng lain di Jawa Tengah. Maka dari itu banyak kelenteng yang kemari untuk mangayu bagya (merayakan, memberi selamat) saat HUT Hian Thian Siang Tee," urainya.
Edy Siswanto, Ketua Umum Kelenteng Kabupaten Pati membenarkan hal itu. Menurutnya, tiga dari empat kelenteng yang ada di Bumi Mina Tani mengambil abu dari Welahan.
"Kami jut byo atau keluar dari kelenteng Pati ke sini sebagai ucapan untuk mengenang leluhur karena abu yang ada di kami, berasal dari sini. Maka dari itu kami sowan ke sini," tuturnya.
Ia menyebut empat kelenteng di Pati adalah, Tjue Tik Bio, Hok Khing Bio, Hok Tek Bio dan Tjong Hok Bio.
"Nanti dewa kami akan menginap sementara di kelenteng kidul selama sebulan. Hal itu karena sudah menjadi tradisi, dan kami telah berkomunikasi pada leluhur kami melalui perantara pwak pwe (berbentuk seperti biji kacang dibelah dua, namun berukuran lebih besar). Jika dilempar lalu bijipwak pwe yang satu menghadap ke atas yang satu menghadap ke bawah itu artinya dewa setuju untuk menginap selama sebulan. Setelah itu kami akan pulang ke kelenteng kami sendiri," jelasnya.
Editor: Supriyadi