Jumat, 29 September 2023

Olah Pelepah Pisang Jadi Material Pesawat, Dua Siswa MAN 1 Kudus Raih Prestasi di Myres 2022

Yuda Auliya Rahman
Rabu, 19 Oktober 2022 15:14:27
Siswa MAN 1 Kudus, Zada Rizqiya Syabana Attaqa dan Fatikha Nafisal Mughni menunjukan material pesawat terbang dari serat pelepah pisang abaka yang dibuatnya. (Murianews/Yuda Auliya Rahman)
[caption id="attachment_325944" align="alignleft" width="1280"]Olah Pelepah Pisang Jadi Material Pesawat, Dua Siswa MAN 1 Kudus Raih Prestasi di Myres 2022 Siswa MAN 1 Kudus, Zada Rizqiya Syabana Attaqa dan Fatikha Nafisal Mughni menunjukan material pesawat terbang dari serat pelepah pisang abaka yang dibuatnya. (Murianews/Yuda Auliya Rahman)[/caption]

MURIANEWS, Kudus – Pelepah pisang biasanya berakhir menjadi limbah yang bisa diolah menjadi pupuk. Namun, Tim Riset Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kudus mencoba mengolah pelepah pisang dijadikan material pesawat.

Penelitian itu berjudul ‘Sintesis Komposit Serat Abaca Terhadap Kekuatan Bahan Karbon Fiber Pesawat Terbang’. Hasil riset itu, mengantarkan keduanya meraih peringkat harapan II di ajang Madrasah Young Researcher Super Camp (Myres) 2022, Jakarta Timur 10-15 Oktober 2022.

Tim riset itu beranggotakan Zada Rizqiya Syabana Attaqa dan Fatikha Nafisal Mughni. Keduanya adalah siswi kelas XI. Dalam penelitian itu, mereka dibimbing seorang guru bernama, Nurul Khotimah.

Zada mengatakan, penelitiannya kali ini mengoptimalkan potensi sumber daya alam. Serat pelepah pohon pisang abaka dipilih sebagai bahan baku utama.

Baca: Desa-Desa Rawan Longsor di Kudus Mulai Bentuk Satgas Kebencanaan

Kemudian, bahan utama itu diolah jadi material yang bisa digunakan di pesawat terbang. Serat pelepah pisang abaka dipilih lantaran memiliki sifat kaku, kuat, namun juga ringan.

”Karbon fiber sudah berkembang di Amerika. Kami ingin kembangkan dan gunakan bahan dari sumber daya alam local. Ada yang masih berupa serat abaka kasar dan halus. Ada juga yang dibuat menjadi karbon,” jelasnya, Rabu (19/10/2022).

Dalam prosesnya, serat pelepah pisah abaka tersebut diolah dan dicampur epoxy hardener hingga beberapa lapis.

”Ada lima lapis, kemudian dipress dan dicetak menjadi lempengan. Penelitian ini kami buat selama dua bulan,” ujarnya.

Hasil penelitiannya tersebut, juga sudah diujikan di Laboratorium Universitas Diponegoro, (Undip) Semarang. Sekitar dua pekan lamanya, penelitian tersebut telah diuji.

”Hasilnya sudah memenuhi standar penerbangan,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala MAN 1 Kudus Taufik mengapresiasi penelitian dan prestasi tingkat nasional yang berhasil diraih siswanya itu. Pencapaian itu diharapkan bisa menambah motivasi seluruh siswa untuk selalu berprestasi.

”Pencapaian prestasi ini tidak lepas dari tekad para siswa pembimbinv dan berkat adanya program SIP (Science and Innovation Program),” imbuhnya.

 

Reporter: Yuda Auliya Rahman
Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar