MURIANEWS, Kudus – Bencana banjir yang melanda sejumlah desa di Kabupaten Kudus hingga kini masih belum surut. Bahkan di sejumlah desa, air masih menggenangi rumah-rumah penduduk. Tak terkecuali di Desa Tanjungkarang, Kecamatan Jati, Kudus.
Warga yang rumahnya terdampak pun terpaksa mengungsi. Satu lokasi yang kini menjadi lokasi pengungsian adalah Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Tanjungkarang.
Gereja tersebut, mampu menampung sekitar seratus pengungsi bila banjir menerpa pemukiman warga.
Budi Pujiono, pengurus GKMI Tanjungkarang mengatakan, tahun ini, bangunan gereja kembali menjadi opsi pengungsian setelah area gereja ditinggikan. Para jemaat pun tak keberatan dengan adanya pengungsi yang silih berganti sejak sepuluh hari lalu.
“Sudah sejak tanggal 31 Januari kami mulai menerima pengungsi. Mayoritas warga yang mengungsi juga beragama Islam, sekitar 70 persen,” katanya ketika ditemui, Kamis (11/2/2021).
Pihak gereja sendiri, mempersilahkan masyarakat yang mengungsi di gereja untuk melakukan aktivitas seperti pada umumnya. Mulai dari beristirahat, hingga bersembahyang maupun salat.
Para pengungsi sendiri berada di aula gereja yang biasanya digunakan untuk acara-acara nonkeagamaan. Sementara aktivitas ibadah para jemaah gereja, berada di ruangan yang terpisah dengan para pengungsi.
“Jadi tidak masalah, tidak ada yang terganggu sampai sekarang. Ini bentuk toleransi umat beragama di desa ini,” ujar dia.
“Jadi tidak masalah, tidak ada yang terganggu sampai sekarang. Ini bentuk toleransi umat beragama di desa ini,” ujar dia.Pihak gereja, lanjut Budi, juga mencukupi kebutuhan makan para pengungsi tiga kali sehari. Sumber operasionalnya, adalah berasal dari kas gereja.“Berdasarkan kesepakatan jemaat, memang untuk membiayai penuh logistik mereka, walau terkadang ada bantuan yang juga datang,” jelasnya.Sementara salah satu pengungsi beragama muslim, Musrotul Nikmah mengaku senang bisa turut dibantu kebutuhan logistik hingga monitoring kesehatannya. Dia mengungsi bersama empat orang anggota keluarganya.“Sudah beberapa hari ini di sini, ya makan diberi sini, salat di sini, tidak apa-apa. Saya berterima kasih karena telah dibantu dengan sangat baik di sini,” ujar dia.Untuk diketahui, GKMI Tanjungkarang sendiri kini menampung sekitar 48 jiwa dari 14 KK. Sebanyak 70 persen di antaranya adalah umat muslim. Sementara 30 persen lainnya, umat nasrani. Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_206814" align="alignleft" width="880"]

Salah seorang pengungsi yang tengah salat di GKMI Tanjungkarang Kudus yang jadi tempat pengungsian. (MURIANEWS/Anggara Jiwandhana)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Bencana banjir yang melanda sejumlah desa di Kabupaten Kudus hingga kini masih belum surut. Bahkan di sejumlah desa, air masih menggenangi rumah-rumah penduduk. Tak terkecuali di Desa Tanjungkarang, Kecamatan Jati, Kudus.
Warga yang rumahnya terdampak pun terpaksa mengungsi. Satu lokasi yang kini menjadi lokasi pengungsian adalah Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Tanjungkarang.
Gereja tersebut, mampu menampung sekitar seratus pengungsi bila banjir menerpa pemukiman warga.
Budi Pujiono, pengurus GKMI Tanjungkarang mengatakan, tahun ini, bangunan gereja kembali menjadi opsi pengungsian setelah area gereja ditinggikan. Para jemaat pun tak keberatan dengan adanya pengungsi yang silih berganti sejak sepuluh hari lalu.
“Sudah sejak tanggal 31 Januari kami mulai menerima pengungsi. Mayoritas warga yang mengungsi juga beragama Islam, sekitar 70 persen,” katanya ketika ditemui, Kamis (11/2/2021).
Pihak gereja sendiri, mempersilahkan masyarakat yang mengungsi di gereja untuk melakukan aktivitas seperti pada umumnya. Mulai dari beristirahat, hingga bersembahyang maupun salat.
Para pengungsi sendiri berada di aula gereja yang biasanya digunakan untuk acara-acara nonkeagamaan. Sementara aktivitas ibadah para jemaah gereja, berada di ruangan yang terpisah dengan para pengungsi.
“Jadi tidak masalah, tidak ada yang terganggu sampai sekarang. Ini bentuk toleransi umat beragama di desa ini,” ujar dia.
Pihak gereja, lanjut Budi, juga mencukupi kebutuhan makan para pengungsi tiga kali sehari. Sumber operasionalnya, adalah berasal dari kas gereja.
“Berdasarkan kesepakatan jemaat, memang untuk membiayai penuh logistik mereka, walau terkadang ada bantuan yang juga datang,” jelasnya.
Sementara salah satu pengungsi beragama muslim, Musrotul Nikmah mengaku senang bisa turut dibantu kebutuhan logistik hingga monitoring kesehatannya. Dia mengungsi bersama empat orang anggota keluarganya.
“Sudah beberapa hari ini di sini, ya makan diberi sini, salat di sini, tidak apa-apa. Saya berterima kasih karena telah dibantu dengan sangat baik di sini,” ujar dia.
Untuk diketahui, GKMI Tanjungkarang sendiri kini menampung sekitar 48 jiwa dari 14 KK. Sebanyak 70 persen di antaranya adalah umat muslim. Sementara 30 persen lainnya, umat nasrani.
Reporter: Anggara Jiwandhana
Editor: Ali Muntoha