Fenomena alam ini pun viral di dunia maya. Meski fenomena itu sudah berlalu beberapa hari lalu, namun masih banyak orang yang membicarakan kejadian itu.
Terutama, pembicaraan yang berkaitan dengan kisah legenda terjadinya kawasan Kesongo.
Dari cerita turun temurun, di sekitar lokasi itu dulunya menjadi tempat pertapaan ular raksasa bernama Jaka Linglung, yang disebut-sebut sebagai putra Prabu Ajisaka.
Menurut Pujiyanto, pemerhati wisata dan budaya asal Grobogan, pada awalnya, Ajisaka enggan mengakui Jaka Linglung sebagai putranya. Seiring berjalannya waktu, Ajisaka bersedia mengakui Jaka Linglung sebagai anaknya tetapi dengan persyaratan khusus.
[caption id="attachment_194299" align="aligncenter" width="880"]

Semburan lumpur setinggi belasan meter muncul di kawasan Kesongo Blora. (MURIANEWS/Istimewa)[/caption]
Persyaratan pertama, Jaka Linglung harus bisa membunuh Bajul Putih (buaya putih) jelmaan dari Dewata Cengkar yang berada di pantai selatan.
Setelah menempuh perjalanan panjang, Jaka Linglung akhirnya mampu membunuh Bajul Putih dan membawa kepalanya untuk diserahkan pada Ajisaka.
Setelah ini, Jaka Linglung diminta melakukan satu hal lagi. Yakni, bertapa di kawasan hutan belantara. Saat bertapa, Jaka Linglung tidak boleh makan dan minum, kecuali ada makanan yang masuk ke dalam mulutnya.
Baca: Muncul Semburan Lumpur di Kesongo Blora, Empat Orang Dilarikan ke Rumah Sakit dan PuskesmasAkhirnya Jaka Linglung melakukan pertapaan dengan mulut terbuka. Seiring perjalanan waktu, bagian mulut ular raksasa itu tertutup semak belukar, sehingga bentuknya terlihat seperti sebuah gua.
Pada suatu hari, ada sepuluh orang anak yang menggembalakan ternaknya tidak jauh dari lokasi pertapaan itu. Tidak lama kemudian, turun hujan deras dan sepuluh anak itu kemudian berlarian untuk mencari tempat berteduh.
[caption id="attachment_194391" align="aligncenter" width="880"]

Tim dari beberapa instansi sedang meninjau kawasan Kesongo Blora. (MURIANEWS/Istimewa)[/caption]
Akhirnya mereka menemukan gua yang sebenarnya adalah mulut dari Jaka Linglung. Dari sepuluh anak itu, sembilan di antaranya kemudian masuk ke dalam gua.Sedangkan satu anak lagi yang kondisinya saat itu sedang sakit kulit, dilarang ikut masuk ke dalam gua.Setelah sembilan anak itu masuk, tidak lama kemudian, mulut gua itu tertutup. Melihat kejadian ini, satu anak yang ada di luar langsung lari untuk mengabarkan peristiwa itu pada penduduk desa.
Baca: Tanah Bekas Semburan Lumpur di Kesongo Blora Berubah Jadi Gumpalan KerasDari sinilah disebut asal-usul nama Kesongo. Kata ini dipercaya berasal dari kata
sanga yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah sembilan. Mengacu pada sembilan anak yang hilang.“Lokasi hilangnya sembilan anak karena tertelan dalam gua itu kemudian dinamakan Kesongo. Sedangkan titik semburan lumpur itu ceritanya merupakan tempat munculnya Jaka Linglung dari dalam bumi. Dari cerita yang berkembang, Jaka Linglung ini kalau berkelana lewatnya dalam perut bumi, tidak berjalan di atas bumi karena khawatir bikin takut banyak orang,” katanya, Sabtu (29/8/2020).
Baca: Gemuruh Semburan Lumpur Kesongo Terdengar Hingga Bendoharjo GroboganMenurutnya, kawasan Kesongo ini tidak hanya bisa diakses dari Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Blora saja. Tetapi, bisa juga dijangkau melewati wilayah Desa Bendoharjo dan Desa Tahunan, Kecamatan Gabus, Grobogan.Ia mengatakan, sejak adanya fenomena semburan lumpur itu banyak orang yang dibikin penasaran dan ingin bertandang ke lokasi Kesongo.“Dalam dua hari ini, banyak orang yang bertanya pada saya tentang rute jalan menuju Kesongo. Adanya semburan lumpur dua hari lalu membuat banyak orang penasaran,” pungkasnya. Reporter: Dani AgusEditor: Ali Muntoha
MURIANEWS, Blora - Lumpur bercampur gas belerang menyembur dari kawasan tanah lapang seluas ratusan hektare di wilayah Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Blora, Kamis (27/8/2020). Kawasan yang terbentang antara wilayah Blora dan Grobogan ini dinamakan Kesongo.
Fenomena alam ini pun viral di dunia maya. Meski fenomena itu sudah berlalu beberapa hari lalu, namun masih banyak orang yang membicarakan kejadian itu.
Terutama, pembicaraan yang berkaitan dengan kisah legenda terjadinya kawasan Kesongo.
Dari cerita turun temurun, di sekitar lokasi itu dulunya menjadi tempat pertapaan ular raksasa bernama Jaka Linglung, yang disebut-sebut sebagai putra Prabu Ajisaka.
Menurut Pujiyanto, pemerhati wisata dan budaya asal Grobogan, pada awalnya, Ajisaka enggan mengakui Jaka Linglung sebagai putranya. Seiring berjalannya waktu, Ajisaka bersedia mengakui Jaka Linglung sebagai anaknya tetapi dengan persyaratan khusus.
[caption id="attachment_194299" align="aligncenter" width="880"]

Semburan lumpur setinggi belasan meter muncul di kawasan Kesongo Blora. (MURIANEWS/Istimewa)[/caption]
Persyaratan pertama, Jaka Linglung harus bisa membunuh Bajul Putih (buaya putih) jelmaan dari Dewata Cengkar yang berada di pantai selatan.
Setelah menempuh perjalanan panjang, Jaka Linglung akhirnya mampu membunuh Bajul Putih dan membawa kepalanya untuk diserahkan pada Ajisaka.
Setelah ini, Jaka Linglung diminta melakukan satu hal lagi. Yakni, bertapa di kawasan hutan belantara. Saat bertapa, Jaka Linglung tidak boleh makan dan minum, kecuali ada makanan yang masuk ke dalam mulutnya.
Baca: Muncul Semburan Lumpur di Kesongo Blora, Empat Orang Dilarikan ke Rumah Sakit dan Puskesmas
Akhirnya Jaka Linglung melakukan pertapaan dengan mulut terbuka. Seiring perjalanan waktu, bagian mulut ular raksasa itu tertutup semak belukar, sehingga bentuknya terlihat seperti sebuah gua.
Pada suatu hari, ada sepuluh orang anak yang menggembalakan ternaknya tidak jauh dari lokasi pertapaan itu. Tidak lama kemudian, turun hujan deras dan sepuluh anak itu kemudian berlarian untuk mencari tempat berteduh.
[caption id="attachment_194391" align="aligncenter" width="880"]

Tim dari beberapa instansi sedang meninjau kawasan Kesongo Blora. (MURIANEWS/Istimewa)[/caption]
Akhirnya mereka menemukan gua yang sebenarnya adalah mulut dari Jaka Linglung. Dari sepuluh anak itu, sembilan di antaranya kemudian masuk ke dalam gua.
Sedangkan satu anak lagi yang kondisinya saat itu sedang sakit kulit, dilarang ikut masuk ke dalam gua.
Setelah sembilan anak itu masuk, tidak lama kemudian, mulut gua itu tertutup. Melihat kejadian ini, satu anak yang ada di luar langsung lari untuk mengabarkan peristiwa itu pada penduduk desa.
Baca: Tanah Bekas Semburan Lumpur di Kesongo Blora Berubah Jadi Gumpalan Keras
Dari sinilah disebut asal-usul nama Kesongo. Kata ini dipercaya berasal dari kata
sanga yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah sembilan. Mengacu pada sembilan anak yang hilang.
“Lokasi hilangnya sembilan anak karena tertelan dalam gua itu kemudian dinamakan Kesongo. Sedangkan titik semburan lumpur itu ceritanya merupakan tempat munculnya Jaka Linglung dari dalam bumi. Dari cerita yang berkembang, Jaka Linglung ini kalau berkelana lewatnya dalam perut bumi, tidak berjalan di atas bumi karena khawatir bikin takut banyak orang,” katanya, Sabtu (29/8/2020).
Baca: Gemuruh Semburan Lumpur Kesongo Terdengar Hingga Bendoharjo Grobogan
Menurutnya, kawasan Kesongo ini tidak hanya bisa diakses dari Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Blora saja. Tetapi, bisa juga dijangkau melewati wilayah Desa Bendoharjo dan Desa Tahunan, Kecamatan Gabus, Grobogan.
Ia mengatakan, sejak adanya fenomena semburan lumpur itu banyak orang yang dibikin penasaran dan ingin bertandang ke lokasi Kesongo.
“Dalam dua hari ini, banyak orang yang bertanya pada saya tentang rute jalan menuju Kesongo. Adanya semburan lumpur dua hari lalu membuat banyak orang penasaran,” pungkasnya.
Reporter: Dani Agus
Editor: Ali Muntoha