Sabtu, 22 Maret 2025


 

MuriaNewsCom, Pati - Ada nuansa yang berbeda dari tradisi sedekah bumi yang digelar di Desa Sukokulon, Kecamatan Margorejo, Pati. Bila di daerah lain biasanya dilakukan dengan kirab, di sini justru dilakukan dengan prosesi mandi dawet.

Tak sekadar mandi dawet, sesepuh desa yang mandi dawet disiram minuman dawet oleh ledek sembari menembangkan lagu-lagu Jawa dan menari tayub. Sambil disiram air dawet, sesepuh desa juga ikut menari karena diiringi musik gamelan khas tayub.

Penyiraman air dawet harus dilakukan sebanyak tiga kali, sebagaimana tradisi orang-orang Jawa dalam membaca doa. Tradisi mandi dawet dan tayuban pun sempat menjadi tontonan warga, bahkan sampai warga di desa tetangga.

Ngadiman, seorang modin desa setempat mengatakan, prosesi mandi dawet yang dilakukan di pohon kampret sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun setiap memasuki bulan Apit. Bulan itu biasanya warga menggelar kegiatan sedekah bumi sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang selama ini sudah memberikan kehidupan, anugerah, dan kesejahteraan kepada masyarakat."Mandi dawet ini sudah lama menjadi tradisi di Desa Sukokulon setiap memperingati sedekah bumi. Prosesi mandi dawet yang dilakukan tledek tayub, kemudian diiringi gending-gending Jawa hanya menjadi simbol rasa syukur masyarakat kepada Tuhan. Selain itu, warga berharap agar prosesi itu bisa menjauhkan dari bencana atau malapetaka lainnya," kata Ngadiman.Senada dengan Ngadiman, Kepala Desa Sukokulon, Masrikan menuturkan, mandi dawet sudah lama menjadi adat istiadat warga Sukokulon untuk menolak bala. Karena itu, tradisi mandi dawet diharapkan bisa memberikan keselamatan dan rezeki kepada masyarakat Sukokulon.Editor : Kholistiono

Baca Juga

Komentar

Terpopuler