Jumat, 20 Juni 2025


[caption id="attachment_203561" align="aligncenter" width="750"] (Foto: Istimewa)[/caption]

Banyak Diburu, Janda Bolong dan Keladi Naik Kelas

Pertengahan tahun 2020 ini, masyarakat Indonesia dibikin geleng-geleng kepala dengan fenomena tanaman hias. Setelah dulunya gelombang cinta yang konon harganya mencapai ratusan juta rupiah, kini muncul Monstera atau yang biasa sering disebut janda bolong.

Nama Monstera sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu monstrous atau berarti abnormal. Itu karena bentuk daun Monstera yang tidak seperti daun normal pada umumnya, ada robekan dan lubang di daunnya. Justru lubang-lubang pada daun janda bolong ini yang bikin istimewa. Berdasarkan varietasnya, Monstera dapat dibagi menjadi dua yaitu berdaun hijau dan variegata.

Varietas yang kedua ini yang tengah jadi buruan dan harganya menggila. Jika janda bolong umumnya mempunyai daun warna hijau, variegata mempunyai dua kombinasi warna. Ada yang hijau dengan kuning dan kadang hijau dengan putih.

Monstera variegata inilah yang kini jadi buah bibir pada pencinta tenaman hias. Dengan bentuk daun yang unik dengan lubang – lubang atau sobekan menjadi daya tarik tersendiri. Di media sosial Facebook belakangan juga dihebohkan dengan salah satu postingan berlokasi di Bogor yang menjual tanaman janda bolong seharga Rp 75 Juta.

Dan ternyata harga sebesar ini masih dianggap wajar. Di marketplace atau e-commerce bahkan ada yang menjual hingga Rp 200 juta.

[caption id="attachment_190493" align="aligncenter" width="880"] Pegawai Toko Sepeda Suka Jaya sedang merakit sepeda gunung. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)[/caption]

Masif Hobi Gowes, Harga Sepeda Melangit

Pandemi Corona yang melanda Indonesia mengubah gaya hidup masyarakat. Olahraga untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas tubuh seakan menjadi bagian dari kebutuhan sehari-hari. Salah satu olahraga yang digemari selama pandemi adalah bersepeda.

Akibat tren tersebut, masyarakat pun banyak yang berburu sepeda. Alhasil toko-toko sepeda di banyak yang kehabisan barang, akibat terlalu banyak orang yang mencari unit sepeda baru. situasi ini langsung membuat harga sepeda meroket. Sepeda yang sebelum pandemi biasa dijual dengan harga Rp 1,5 juta, maka saat tren gowes mulai masif pada bulan Juli 2020 sudah naik di kisaran angka Rp 3 juta.

Kondisi serupa juga terjadi di Kudus. Toko-toko sepeda di Kudus banyak yang kehabisan barang, akibat terlalu banyak orang yang mencari unit sepeda baru.
Kondisi serupa juga terjadi di Kudus. Toko-toko sepeda di Kudus banyak yang kehabisan barang, akibat terlalu banyak orang yang mencari unit sepeda baru.Salah satunya Toko Sepeda Suka Jaya yang berada di Jalan Patimura Nomor 146 Desa Getas Pejaten, Kecamatan Jati, Kudus yang kini kebanjiran pembeli.  “Memang saat pandemi ini penjualan meningkat dua kali lipat bahkan lebih. Apalagi setelah Lebaran kemarin menjadi puncaknya,” kata Narto (37) pemilik Toko Sepeda Suka Jaya.[caption id="attachment_195239" align="aligncenter" width="880"] Ikan koi hasil budi daya Jamal Dea Margorejo, Kudus. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)[/caption]Ikan Koi dan Cupang Jadi Demenan BaruSelain tanaman hias dan sepeda, ikan koi dan cupang juga kembali digemari masyarakat di masa pandemi ini. Dua jenis ikan hias ini menjadi salah satu solusi pengusir kejenuhan di saat masyarakat tidak bisa leluasa bepergian karena aturan pemerintah.Salah seorang pembudidaya ikan koi asal Kudus Jamal menyebut,  kondisi pandemi tidak berpangaruh bagi usahanya. Bahkan untuk memenuhi pasar lokal saja ia cukup kewalahan.“Pandemi ini cenderung stabil, jika dihitung dari tahun ke tahun hingga saat ini permintaan pasar cenderung mengalami peningkatan. Kalau saya hobi ikan koi sudah delapan tahun, tapi untuk fokus usaha dan budidaya baru sekitar empat tahun,” kata pemilik Muria Koi Farm tersebut kepada MURIANEWS, Jumat (11/9/2020)Hingga saat ini ia fokus untuk membudidayakan ikan koi seperti, Koi Sanke, Kohaku, Showa, Shiro, dan Hiutsuri. Ia sudah memiliki 20 indukan dari berbagai jenis tersebut.Selain memenuhi permintaan pasar lokal, ia juga memenuhi permintaan dari luar pulau, seperti, Papua, Makasar, hingga Bali. Untuk penjualannya selain melaui offline, ia juga memasarkan ikan hasil budidayanya melaui online.“Harga bibit koi ukuran lima sampai tujuh sentimeter mulai Rp 3 ribu hingga Rp 6 ribu. Per seribu ekor nanti harganya beda lagi. Sedangkan untuk ukuran satu sentimeter dijualnya perpaket satu pijahan dengan jumlah estimasi minimal 30 ribu ekor dengan harga Rp 3,5 juta,” ujarnya. Penulis : Sundoyo HardiEditor : Sundoyo Hardi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler