Tak Loyo Usai Kena Penyakit Jantung, Goweser 72 Tahun di Kudus Ini Hobi Menaklukkan Tanjakan
Vega Ma'arijil Ula
Kamis, 11 Februari 2021 16:34:54
MURIANEWS, Kudus – Soeyantono, seorang kakek berusia 72 tahun di Kudus ini, awalnya divonis dokter memiliki penyakit penyempitan pembuluh darah jantung. Setiap harinya dia merasakan sesak saat bernapas.
Akhirnya, dia memilih rutin gowes. Lambat laun, dia justru tidak lagi merasa sesak setiap kali bernapas.
Ditemui di kediamannya, di Desa Rendeng RT I, RW II, Kudus, Soeyantono menceritakan pengalamannya itu. Kami berbincang di joglo halaman belakang.
Ia menyebut, sebenarnya hobi sepeda sudah ditekuni Soeyantono sejak masih sekolah. Dia biasa mengayuh sepeda setiap berangkat dan pulang sekolah.
Kegiatan rutin gowes sepekan tiga kali mulai dijalaninya sejak tahun 2000. Saat itu dia divonis dokter mengidap penyakit penyempitan pembuluh darah jantung.
"Dari kecil memang sudah hobi sepeda. Bukan lagi sekarang karena
booming-booming-nya bukan. Kenapa saya rutinkan sepekan tiga kali, karena saya ingin sehat setelah divonis itu," terangnya, Kamis (11/2/2021).
[caption id="attachment_206833" align="alignleft" width="880"]

Soeyantono masih rutin bersepeda meski usianya tak lagi muda. (MURIANEWS/Vega Ma'arijil Ula)[/caption]
Dia menyebut, kegiatan bersepedanya itu dilakukan setiap pagi di hari Minggu, Selasa, dan Kamis pukul 05.30 sampai pukul 08.00 WIB. Rutenya yang dipilihnya rata-rata mempunyai medan menanjak, mulai ke Colo, Kandangmas, Bukit Puser Angin, dan ke Piji Dawe.
Hal itu dilakukan bersama rekan-rekannya sesama goweser. Baik yang seusia, maupun goweser yang lebih muda.
"Semenjak sepedaan sudah tidak sesak lagi. Kalau dulu setiap mau napas itu rasanya sesak," sambungnya.
Menariknya, gowes yang dilakukannya tidak hanya di Kudus saja. Bahkan sampai ke luar kota. Seperti Pati, Jepara, Purwodadi, dan Rembang. Dia juga pernah ikut Tour de Borobudur 2018 silam.
Menariknya, gowes yang dilakukannya tidak hanya di Kudus saja. Bahkan sampai ke luar kota. Seperti Pati, Jepara, Purwodadi, dan Rembang. Dia juga pernah ikut Tour de Borobudur 2018 silam."Pernah ikut Tour de Borobudur 2018. Startnya saat itu dari Mako Brimob Srondol. Ke Gunung Rowo Pati juga pernah, ke Bendungan Klambu Purwodadi juga pernah. Terus ke Karang Jahe Rembang juga pernah. Ya bareng-bareng sama teman-teman," ujarnya.Menurut dia, bersepeda tidak memberatkannya. Dia tidak merasa lelah dan ingin terus bersepeda."Jarang lho seusia saya yang sudah 72 tahun masih kuat sepedanan. Biasanya usia segitu sudah loyo. Mumpung masih kuat dan bisa membentuk otot kaki. Dan juga bisa menangkal penyakit," jelas dia.Semangatnya yang luar biasa dalam bersepeda turut diungkapkan istrinya, Erna Yunanti. Bahkan menurut istrinya, suaminya sering merasa sebal ketika disalip pesepeda lain."Kadang itu habis sepedaan sampai rumah cerita. Bilang sebel kalau disalip pesepeda lain," ujarnya sambil tersenyum.Erna menambahkan, suaminya memang hobi bersepeda dan mencari rute yang jauh dan menanjak. Bahkan, dia kewalahan ketika diajak bersepeda sampai jauh."Kalau saya enggak bisa ngimbangi. Makanya jarang sepedaan bareng. Kalau saya paling dari rumah ke alun-alun terus balik rumah. Tapi kalau suami saya rute segitu tidak terasa. Maunya rute yang nanjak-nanjak gitu," ungkapnya.Saat ini Soeyantono memiliki enam unit sepeda. Sepeda-sepeda itu tertata rapi di joglo belakang rumahnya. Mulai dari sepeda mountain bike (MTB) merk Kona, sepeda lipat merk Pacific, sepeda
road bike merk Giant, sepeda lipat merk Giant, MTB dengan ban besar merk Exotic, dan MTB merk Penarello seri Dogma. Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_206832" align="alignleft" width="880"]

Soeyantono, kakek usia 72 tahun yang hobi bersepeda dengan rute tanjakan. (MURIANEWS/Deka Hendratmanto)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Soeyantono, seorang kakek berusia 72 tahun di Kudus ini, awalnya divonis dokter memiliki penyakit penyempitan pembuluh darah jantung. Setiap harinya dia merasakan sesak saat bernapas.
Akhirnya, dia memilih rutin gowes. Lambat laun, dia justru tidak lagi merasa sesak setiap kali bernapas.
Ditemui di kediamannya, di Desa Rendeng RT I, RW II, Kudus, Soeyantono menceritakan pengalamannya itu. Kami berbincang di joglo halaman belakang.
Ia menyebut, sebenarnya hobi sepeda sudah ditekuni Soeyantono sejak masih sekolah. Dia biasa mengayuh sepeda setiap berangkat dan pulang sekolah.
Kegiatan rutin gowes sepekan tiga kali mulai dijalaninya sejak tahun 2000. Saat itu dia divonis dokter mengidap penyakit penyempitan pembuluh darah jantung.
"Dari kecil memang sudah hobi sepeda. Bukan lagi sekarang karena
booming-booming-nya bukan. Kenapa saya rutinkan sepekan tiga kali, karena saya ingin sehat setelah divonis itu," terangnya, Kamis (11/2/2021).
[caption id="attachment_206833" align="alignleft" width="880"]

Soeyantono masih rutin bersepeda meski usianya tak lagi muda. (MURIANEWS/Vega Ma'arijil Ula)[/caption]
Dia menyebut, kegiatan bersepedanya itu dilakukan setiap pagi di hari Minggu, Selasa, dan Kamis pukul 05.30 sampai pukul 08.00 WIB. Rutenya yang dipilihnya rata-rata mempunyai medan menanjak, mulai ke Colo, Kandangmas, Bukit Puser Angin, dan ke Piji Dawe.
Hal itu dilakukan bersama rekan-rekannya sesama goweser. Baik yang seusia, maupun goweser yang lebih muda.
"Semenjak sepedaan sudah tidak sesak lagi. Kalau dulu setiap mau napas itu rasanya sesak," sambungnya.
Menariknya, gowes yang dilakukannya tidak hanya di Kudus saja. Bahkan sampai ke luar kota. Seperti Pati, Jepara, Purwodadi, dan Rembang. Dia juga pernah ikut Tour de Borobudur 2018 silam.
"Pernah ikut Tour de Borobudur 2018. Startnya saat itu dari Mako Brimob Srondol. Ke Gunung Rowo Pati juga pernah, ke Bendungan Klambu Purwodadi juga pernah. Terus ke Karang Jahe Rembang juga pernah. Ya bareng-bareng sama teman-teman," ujarnya.
Menurut dia, bersepeda tidak memberatkannya. Dia tidak merasa lelah dan ingin terus bersepeda.
"Jarang lho seusia saya yang sudah 72 tahun masih kuat sepedanan. Biasanya usia segitu sudah loyo. Mumpung masih kuat dan bisa membentuk otot kaki. Dan juga bisa menangkal penyakit," jelas dia.
Semangatnya yang luar biasa dalam bersepeda turut diungkapkan istrinya, Erna Yunanti. Bahkan menurut istrinya, suaminya sering merasa sebal ketika disalip pesepeda lain.
"Kadang itu habis sepedaan sampai rumah cerita. Bilang sebel kalau disalip pesepeda lain," ujarnya sambil tersenyum.
Erna menambahkan, suaminya memang hobi bersepeda dan mencari rute yang jauh dan menanjak. Bahkan, dia kewalahan ketika diajak bersepeda sampai jauh.
"Kalau saya enggak bisa ngimbangi. Makanya jarang sepedaan bareng. Kalau saya paling dari rumah ke alun-alun terus balik rumah. Tapi kalau suami saya rute segitu tidak terasa. Maunya rute yang nanjak-nanjak gitu," ungkapnya.
Saat ini Soeyantono memiliki enam unit sepeda. Sepeda-sepeda itu tertata rapi di joglo belakang rumahnya. Mulai dari sepeda mountain bike (MTB) merk Kona, sepeda lipat merk Pacific, sepeda
road bike merk Giant, sepeda lipat merk Giant, MTB dengan ban besar merk Exotic, dan MTB merk Penarello seri Dogma.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha