Jumat, 21 November 2025


MURIANEWS, Kudus – Pandemi Covid-19 di Indonesia sudah hampir terjadi kurang lebih satu setengah tahun berjalan. Banyak sektor dalam kehidupan masyarakat pun merasakan dampaknya, mulai dari sektor pendidikan, sosial, hingga ekonomi.

Di Kabupaten Kudus juga merasakan hal yang sama. Kudus dengan banyaknya sendi-sendi ekonomi di dalam masyarakatnya bisa dibilang sempat terpuruk.

Terlebih para pelaku ekonomi penyedia barang-barang sekunder, seperti kain batik.

Salah satu yang sempat merasakan penurunan omzet hingga kebih dari 50 persen adalah Griya Batik Alfa Shoofa di Desa Gribig, Kecamatan Gebog, Kudus.

Pandemi yang berkepanjangan ditambah minimnya sumber daya manusia (SDM) yang konsen di batik Kudus jadi kendala pada saat itu.

Pemiliknya, Ummu Asiyati mengatakan, saat itu pihaknya harus beradaptasi dengan keadaan yang ada. Di mana orderan batik sepi dan harus secepatnya memutar otak untuk mengangkat kembali penjualan.

“Kami sempat memutar otak untuk membuat masker jenis batik untuk dijual dan dikirim ke berbagai daerah, saat itu mulai terangkat penjualannya,” kata Ummu, Sabtu (2/10/2021).

Tahu upaya tersebut tak cukup, Ummu berupaya untuk gambling dan berkorban modal terlebih dahulu dengan membuat batik-batik kualitas premium.

Hal tersebut dia lakukan ketika adanya Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro hingga PPKM Darurat dan Level 4 beberapa waktu lalu. Kabupaten Kudus sendiri, pernah melalui itu.

“Karena tak bisa ke mana-mana, orderan sepi juga, akhirnya saya ngalahi untuk keluar modal terlebih dahulu, saya buat banyak batik-batik premium yang harganya lumayan, ya untuk investasi siapa tahu ada orderan setelah pembatasan berhenti,” kata dia.Baca: Siswa SD di Kudus Diajak Cintai Batik dengan Cara IniHasilnya, lanjut dia, tidak terlalu meleset. Dengan mengandalkan promosi dan terus meningkatkan kualitasnya, akhirnya produk-produk yang dibuat saat masa pembatasan laku juga.“Batiknya kemudian mulai laku dan dicari pemesan maupun kolektor, benar-benar saat itu harus berkorban dulu dan harus tetap berkreasi walau dalam masa pandemi,” terangnya.Omzetnya pun, kata Ummu, kini mulai meroket seiring berjalannya waktu. Terlebih, kasus Covid-19 di Kudus kini juga terus melandai. Sehingga banyak orderan dari dalam dan luar kota mulai masuk. Mulai dari batik cap, hingga batik tulis.“Kalau dari luar kota biasanya dominan batik tulis ya, kalau di dalam kota biasanya batik cap karena sifatnya mereka cari yang ada. Kalau di luar kota biasanya mereka memesan dahulu,” kata dia.Selama melaksanakan produksi sendiri, Ummu selalu menekankan pada karyawannya untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Mulai dari mencuci tangan, memakai masker, dan berjarak ketika dalam proses pencantingannya. Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler