Kamis, 20 November 2025


Ramadan dan Lebaran menjadi momen yang spesial bagi masyarakat Kudus. Sebelum Ramadan tiba, masyarakat Kudus akan disuguhi tradisi Dandangan yang sudah sangat terkenal.

Tradisi ini dimulai sepekan sebelum puasa hingga saat beduk Menara Kudus ditabuh sebagai tanda masuknya awal Ramadan. Usai sebulan menjalankan puasa, saat Lebaran, Masyarakat Kudus juga punya beragam tradisi yang digelar untuk menyemarakkan Syawal tersebut.

Murianews.com merangkum empat tradisi Lebaran yang membuat kangen kampung halaman. Tradisi ini juga dikenal dengan Syawalan atau kupatan di Kota Kudus.

1. Tradisi Bulusan

[caption id="attachment_288591" align="alignleft" width="1280"] Penjual gerabah kreweng di Bulusan Kudus melayani pembeli. (MURIANEWS/Vega Ma'arijil Ula)[/caption]

Tradisi Bulusan digelar di Desa Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, setiap tanggal 8 Syawal. Tradisi ini cukup lekat dengan kisah Sunan Muria dan Mbah Dudo di Kudus.

Sesuai namanya dalam tradisi ini memang ada bulus atau kura-kura yang dipercaya merupakan penjelmaan dua santri Mbah Dudo yang ditegur Sunan Muria. Mereka berubah menjadi kura-kura karena tetap bekerja di sawah meski sudah memasuki waktu salat magrib dan malam Ramadan.

Saat mereka diajak ke masjid oleh Sunan Muria, santri tersebut berkilah menunggu pekerjaannya selesai. Sunan Muria pun berujar ”Orang kok kaya bulus”, dan seketika dua santri itu berubah menjadi kura-kura.

[caption id="attachment_288512" align="alignleft" width="1280"] Sejumlah wisatawan tengah melihat bulus-bulus di tradisi Bulusan di Dukuh Sumber Desaha Hadipolo, Kudus. (MURIANEWS/Vega Maarijil Ula)[/caption]

Akibat dari kejadian itu, kemudian Mbah Dudo meminta maaf atas kesalahan kedua santirnya tersebut. Hanya, kedua santrinya itu tidak mungkin dapat kembali.

Baca: Berkaitan dengan Sunan Muria, Begini Awal Mula Tradisi Bulusan di Kudus

Sehingga akhirnya Sunan Muria menancapkan tongkat ke tanah. Lalu, muncul mata air atau sumber sehingga diberikan nama Dukuh Sumber. Kini Dukuh Sumber merupakan salah satu dukuh di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo.

Kemudian masyarakat memeringatinya dengan tradisi bulusan yang digelar pada bulan Syawal. Hingga kini tradisi itu masih berlangsung, dengan dimeriahkan berbagai acara dan hiburan.

2. Seribu Kupat Sunan Muria

[caption id="attachment_144142" align="alignleft" width="880"] Prosesi Tradisi perayaan kupat di Kudus di Desa Colo Kecamatan Dawe, Kudus, Jumat (22/6/2018). (MURIANEWS)[/caption]

Tradisi seribu ketupat atau Sewu Kupat Kanjeng Sunan Muria digelar di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Tradisi ini juga digelar sepekan setelah Iduldfitri.

Dalam tradisi ini warga membuat gunungan-gunungan dari ketupat sebagai bentuk terimakasih kepada Tuhan. Gunungan-gunungan itu kemudian diarak dan pucnaknya isi dari gunungan itu diperebutkan oleh warga.
Baca: Lebaran Kupat, Begini Cara Warga Kudus Adakan Tradisi Sewu KupatSetiap tahun tradisi ini digelar dengan dihadiri ribuan orang. Mereka menunggu momen untuk berebut gunungan, karena diyakini membawa berkah.Tradisi ini sempat ditiadakan saat pandemi Covid-19 lalu. Dan kini kehadiran tradisi ini telah ditunggu masyarakat.3. Tradisi Praon atau Lomban Prau[caption id="attachment_288562" align="alignleft" width="1280"] Warga naik becak air dalam program Lomban Prau di lokasi wisata Mbalong Sangkal Putung, Kudus, Jawa Tengah, Senin (9/5/2022). (MURIANEWS/Vega Ma'arijil Ula)[/caption]Tradisi Lebaran lain yang cukup unik di Kudus yakni Tradisi Praon atau Lomban yang digelar di Desa Kesambi, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Dalam tradisi ini pemuda di desa itu menggelar berbagai perlombaan perahu.Dan pengunjung bisa melakukan wisata menyusuri Sungai Piji di Kudus menggunakan perahu yang digelar oleh pemuda desa setempat.Baca: Lomban Prau di Kudus, Menikmati Rawa dengan Becak AirNamun belakangan terakhir Tradisi Praon tak lagi digelar di Sungai Piji, melainkan di tempat wisata Mbalong Sangkal Putung.4. Tradisi Sendang Jodo[caption id="attachment_52373" align="alignleft" width="1024"] Wisatawan tampak menikmati suasana di Sendang Jodo di Desa Purworejo, Bae, Kudus. (Murianews)[/caption]Tradisi Lebaran di Kudus yang terakhir yang cukup membuat kangen kampung halaman yakni Tradisi Sendang Jodo di Desa Purworejo, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Tradisi ini juga digelar saat kupatan atau bodo kupat, yakni sepekan setelah Idulfitri.Dalam tradisi ini warga akan menggelar kirab gunungan yang berisi ketupat dan jajan pasar. Gunungan itu dikirab dari Masjid Al Hikmah menuju Sendang Jodo.Sesampainya di sendang, gunungan itu akan didoakan oleh sesepuh atau tokoh agama sebelum dibagikan ke warga. Biasanya gunungan itu juga akan menjadi rebutan warga.Baca: Setelah Dikirab, Banyu Panguripan Dibagikan ke WargaDalam pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya Tradisi Sendang Jodo ini juga dimeriahkan dengan berbagai macam kesenian, seperti barongan.Itulah empat tradisi Lebaran di Kabupaten Kudus yang akan selalu membuat kangen kampung halaman bagi warga Kudus yang kini tengah berada di perantauan.

Baca Juga

Komentar

Terpopuler