Sabtu, 22 November 2025


“Kisarannya berjumlah segitu,” kata Kepala Desa Wonosoco, Setyo Budi.

Menurutnya, penyebab banjir selama ini adalah karena gelontoran air dari Pegunungan Kendeng, dari arah Pati dan Grobogan. Gelontoran air ini lantas bertemu di Wonosoco. Inilah yang menyebabkan Wonosoco sangat rawan banjir bila musim hujan tiba.

“Dari dulu ya seperti itu,” ungkap Budi.

Terkait rincian jumlah bencana, dia mengatakan setidaknya, dalam setahun terjadi satu sampai dua peristiwa banjir. Untuk korban jiwa sendiri sejauh ini ada satu orang. Hanya, itu terjadi pada awal tahun 2017 yang lalu.

“Saat itu dia mau menyelamatkan motornya, jadi terseret,” terangnya.

Soal perbaikan dan pemulihan wisata serta desa, dirinya mengatakan jika membutuhkan waktu setidaknya satu sampai dua minggu per bencana. Patokan waktu tersebut dilihat dari tebalnya lumpur atau material yang terbawa saat banjir melanda.

“Kalau yang terakhir kemarin,(12/2018, red) bisa memakan waktu dua minggu," Rinci Budi.
Selain banjir, ia menambahkan jika pembalakan liar juga kerap menghantui areal perhutanan di Wonosoco. Tercatat sekitar dua ratusan hektare lahan yang masuk Desa Wonosoco setiap harinya terancam ditebangi beberapa orang yang tidak bertanggung jawab.“Pembalakan juga masih kerap di sini,” tuturnya.Untuk masalah pencegahan, dirinya mengaku kewalahan. Ini dikarenakan petugas yang ada di  Wonosoco sendiri hanya berjumlah tiga orang saja. Ia menceritakan sempat beberapa kali memergoki pelaku pembalakan liar namun berhasil kabur.“Petugas hanya tiga, tidak bisa menghadang , biasanya mereka berdelapan atau bahkan Sembilan orang,” ucap Budi.Terkait dengan pihak mana yang melakukan pembalakan liar, pihaknya belum berani menyimpulkan. Hanya, seringnya perbuatan tidak terpuji itu dilakukan oleh warga luar Kabupaten Kudus.“Mereka masih menggunakan Alat manual,” tandas Budi.Editor : Supriyadi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler