Mesin Giling Bermasalah, Produksi PG Rendeng Mandek
Anggara Jiwandhana
Selasa, 2 Juli 2019 12:45:42
Manajer PG Rendeng Agus Sulistiyanto menjelaskan, kondisi tersebut dimungkinkan akan berpengaruh pada pencapaian target produksi gula kiristal putih (GKP) sebanyak 20.685 ton.
"Untuk merealisasikan target produksi pada musim giling 2019 cukup berat," katanya.
Hingga kini, pihaknya juga belum mendapat kepastian kapan proses produksi dapat dimulai kembali. Mengingat mesin, kini masih dalam masa perbaikan. "Semoga bisa secepatnya beroprasi," ujarnya.
Agus menjelaskan, PG Rendeng sebelumnya ditargetkan sudah memulai giling pada 15 Juni lalu. Namun, karena ada peremajaan mesin dan revitalisasi pabrik, musim giling mudur dan baru dimulai Senin (24/6/2019) lalu. Hanya, dua hingga tiga hari dioperasikan, mesin giling malah bermasalah sehingga proses produksi dihentikan.
Baca Juga:"Padahal bahan baku telah tersedia, kami takut rendemen (kadar air dalam tebu) akan menyusut," terangnya.
Untuk menyelamatkan tebu petani agar tidak rusak, bahan baku yang ada langsung dialihkan ke PG Mojo Sragen yang juga berada di bawah naungan PTPN IX. Larinya sebagian bahan baku ke luar daerah, jelas akan berimbas pada realisasi produksi.
"Yang tidak jadi digiling di sini bisa mencapai puluhan ton," kata Agus.Ia menambahkan, tebu yang sudah telanjur ditebang memang harus diselamatkan. Usia tebu giling paling baik antara 11 bulan hingga 12 bulan. Apabila melebihi usia tebang maka rendemen akan berkurang. "Jadi mau tidak mau harus segera dialihkan," ucapnya.Padahal, musim giling tahun ini, pihaknya menargetkan bahan baku tebu yang digiling mencapai 277.300 ton, dengan sasaran rendemen 7,44 persen. Bahan baku tebu, berasal dari petani binaan PG Rendeng yang tersebar di enam kabupaten, yaitu Demak, Kudus, Jepara, Pati, Blora dan Rembang, mampu memenuhi kebutuhan bahan baku.Selain dari petani binaan, kebutuhan bahan baku tebu juga telah dioptimalkan melalui tanaman di lahan hak guna usaha (HGU), dan ekstensifikasi tanaman di area perhutani dengan luas mencapai 3.987 hektare."Ketersediaan bahan baku sangat penting agar proses giling lancar dan target produksi dapat terealisasi," lanjutnya.Oleh karena itu, pihaknya berharap persoalan mesin produksi dapat segera diatasi. Sehingga proses giling dapat dimulai kembali. Mesin, saat ini masih ditangani
Engineering Procurement Construction and Commisioning (EPCC) Konsorsium WIKA-Barata. "Kami harapkan segera bisa terealisasi," tandasnya.Pelaksanaan giling PG Rendeng tahun ini menggunakan kombinasi mesin produksi lama dan baru, dengan kapasitas giling ditingkatkan dari 2.500 Ton Cane per-Day (TCD/ ton per hari) menjadi 3.000 TCD. Mesin produksi baru merupakan hasil revitalisasi dari penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 225 miliar. Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Supriyadi
MURIANEWS.com, Kudus - Proses produksi Pabrik Gula (PG) Rendeng Kudus pada musim giling 2019 terpaksa dihentikan sementara. Itu terjadi karena ada masalah pada mesin produksi. Akibatnya, proses giling yang telah berjalan sejak 21 Juni lalu itu pun terhenti.
Manajer PG Rendeng Agus Sulistiyanto menjelaskan, kondisi tersebut dimungkinkan akan berpengaruh pada pencapaian target produksi gula kiristal putih (GKP) sebanyak 20.685 ton.
"Untuk merealisasikan target produksi pada musim giling 2019 cukup berat," katanya.
Hingga kini, pihaknya juga belum mendapat kepastian kapan proses produksi dapat dimulai kembali. Mengingat mesin, kini masih dalam masa perbaikan. "Semoga bisa secepatnya beroprasi," ujarnya.
Agus menjelaskan, PG Rendeng sebelumnya ditargetkan sudah memulai giling pada 15 Juni lalu. Namun, karena ada peremajaan mesin dan revitalisasi pabrik, musim giling mudur dan baru dimulai Senin (24/6/2019) lalu. Hanya, dua hingga tiga hari dioperasikan, mesin giling malah bermasalah sehingga proses produksi dihentikan.
Baca Juga:
"Padahal bahan baku telah tersedia, kami takut rendemen (kadar air dalam tebu) akan menyusut," terangnya.
Untuk menyelamatkan tebu petani agar tidak rusak, bahan baku yang ada langsung dialihkan ke PG Mojo Sragen yang juga berada di bawah naungan PTPN IX. Larinya sebagian bahan baku ke luar daerah, jelas akan berimbas pada realisasi produksi.
"Yang tidak jadi digiling di sini bisa mencapai puluhan ton," kata Agus.
Ia menambahkan, tebu yang sudah telanjur ditebang memang harus diselamatkan. Usia tebu giling paling baik antara 11 bulan hingga 12 bulan. Apabila melebihi usia tebang maka rendemen akan berkurang. "Jadi mau tidak mau harus segera dialihkan," ucapnya.
Padahal, musim giling tahun ini, pihaknya menargetkan bahan baku tebu yang digiling mencapai 277.300 ton, dengan sasaran rendemen 7,44 persen. Bahan baku tebu, berasal dari petani binaan PG Rendeng yang tersebar di enam kabupaten, yaitu Demak, Kudus, Jepara, Pati, Blora dan Rembang, mampu memenuhi kebutuhan bahan baku.
Selain dari petani binaan, kebutuhan bahan baku tebu juga telah dioptimalkan melalui tanaman di lahan hak guna usaha (HGU), dan ekstensifikasi tanaman di area perhutani dengan luas mencapai 3.987 hektare.
"Ketersediaan bahan baku sangat penting agar proses giling lancar dan target produksi dapat terealisasi," lanjutnya.
Oleh karena itu, pihaknya berharap persoalan mesin produksi dapat segera diatasi. Sehingga proses giling dapat dimulai kembali. Mesin, saat ini masih ditangani
Engineering Procurement Construction and Commisioning (EPCC) Konsorsium WIKA-Barata. "Kami harapkan segera bisa terealisasi," tandasnya.
Pelaksanaan giling PG Rendeng tahun ini menggunakan kombinasi mesin produksi lama dan baru, dengan kapasitas giling ditingkatkan dari 2.500 Ton Cane per-Day (TCD/ ton per hari) menjadi 3.000 TCD. Mesin produksi baru merupakan hasil revitalisasi dari penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 225 miliar.
Reporter: Anggara Jiwandhana
Editor: Supriyadi