Mengintip Tradisi Ganti Luwur di Makam Sunan Kudus
Anggara Jiwandhana
Minggu, 1 September 2019 14:50:42
Luwur yang hari ini dibuka, akan diganti dengan kain baru. Proses pemasangan luwur baru ini akan dilakukan pada 10 Sura (Muharram) mendatang.
Dalam pembukaan luwur hari ini, semua prosesi berjalan khidmat. Tradisi turun temurun tersebut diawali dengan panjatan doa pada Yang Maha Kuasa.
Kain sepanjang 34,8 pis atau jika diukur dalam meter mempunyai panjang 34,29 meter per pisnya dilepas dan dikeluarkan dari areal makam menuju bangunan tajug satu per satu. Enam tim dengan total 33 orang dan para perewang (relawan) pun dipersiapkan untuk melakukan prosesi pelepasan.
“Mulai dari pelepasan, pembuatan motif kain, hingga pemasangan kembali,” ucap Mahesa Agni, salah satu panitia Buka Luwur Makam Sunan Kudus 2019.
[caption id="attachment_171878" align="aligncenter" width="1920"]

Proses pelepasan motif pada luwur pesarean yang dilakukan di tajug Makam Sunan Kudus. (MURIANEWS.com/Anggara Jiwandhana)[/caption]
Lima tim disiapkan untuk proses pembuatan motif pada kain baru yang akan dipasang. Sedang satu tim lagi bertugas untuk melakukan pelepasan dan pemasangan kain pada Makam Sunan Kudus.
“Kain yang digunakan terdiri tiga tingkatan. Mulai dari kualitas baik hingga biasa,” katanya.
Sedang untuk motif kainnya, terdiri dari motif untuk, motif kompol, motif melaten, motif wiru, dan motif ranjam. Motif tersebut dibuat dengan kualitas kain yang berbeda. Pemasangannya juga memiliki tempatnya sendiri-sendiri.
Seperti motif ranjam diletakkan di area dalam. Motif kompol yang diletakkan di pojok-pojok makam. Serta motif melaten yang digunakan untuk menghias bagian dalam. Dan motif waru yang digunakan untuk menutup.
“Jadi tiap motif kain punya penempatannya sendiri-sendiri,” ujarnya.
Sedang luwur lama yang dipasang tahun lalu, akan dibagikan ke warga sekitar kompleks masjid. Kain dari makam Sunan Kudus ini banyak yang mempercayai mempunyai berkah tersendiri.
Sedang luwur lama yang dipasang tahun lalu, akan dibagikan ke warga sekitar kompleks masjid. Kain dari makam Sunan Kudus ini banyak yang mempercayai mempunyai berkah tersendiri.“Siapapun yang percaya ini jangan syirik, sedang siapapun yang tidak percaya, jangan menyalahkan yang percaya,” ucapnya tersenyum.Rangkaian tradisi buka luwur sendiri sebenarnya sudah diawali dengan penjamasan pusaka Kanjeng Sunan Kudus pada tanggal 15, bulan lalu. Atau tepatnya, hari Kamis pekan pertama pasca Idul Adha. Pengajian Tahun Baru 1441 H juga telah dilakukan malam tadi.“Yang intinya adalah Indonesia ini kaya akan budaya, ragam, dan tradisi. Tentunya juga menyinggung soal amalan-amalan kehidupan sehari-hari,” ucap Mahesa.Sedang acara buka luwur sendiri juga dijadikan untuk ajang regenerasi para penerus kebudayaan. Dengan harapan, budaya yang telah dilakukan turun temurun selama berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun itu, bisa terjaga hingga esok yang akan datang.“Ini juga dijadikan waktu untuk regenarasi. Biasanya yang sepuh, kini kami yang muda. Mereka memandu kami,” ucapnya.Tidak ada syarat khusus ataupun harus memiliki keturunan khusus. Semua orang yang ingin belajar sangat dipersilahkan untuk belajar bersama. Baik dari aspek luwur maupun banyak aspek lain yang ada di seputaran Menara Kudus.“Sudah tiga tahun ini kami lakukan regenerasi, siapapun yang ingin belajar dan ngalup berkah sangat diterima di sini,” tandasnya. Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Ali Muntoha
MURIANEWS.com, Kudus – Tradisi ganti luwur Makan Sunan Kudus menjadi tradisi yang menunjukkan perbauran antara Islam dan budaya. Minggu (1/9/2019) hari ini, luwur atau kelambu pesarean yang menyelimuti makam Syekh Ja'far Sodiq itu dibuka.
Luwur yang hari ini dibuka, akan diganti dengan kain baru. Proses pemasangan luwur baru ini akan dilakukan pada 10 Sura (Muharram) mendatang.
Dalam pembukaan luwur hari ini, semua prosesi berjalan khidmat. Tradisi turun temurun tersebut diawali dengan panjatan doa pada Yang Maha Kuasa.
Kain sepanjang 34,8 pis atau jika diukur dalam meter mempunyai panjang 34,29 meter per pisnya dilepas dan dikeluarkan dari areal makam menuju bangunan tajug satu per satu. Enam tim dengan total 33 orang dan para perewang (relawan) pun dipersiapkan untuk melakukan prosesi pelepasan.
“Mulai dari pelepasan, pembuatan motif kain, hingga pemasangan kembali,” ucap Mahesa Agni, salah satu panitia Buka Luwur Makam Sunan Kudus 2019.
[caption id="attachment_171878" align="aligncenter" width="1920"]

Proses pelepasan motif pada luwur pesarean yang dilakukan di tajug Makam Sunan Kudus. (MURIANEWS.com/Anggara Jiwandhana)[/caption]
Lima tim disiapkan untuk proses pembuatan motif pada kain baru yang akan dipasang. Sedang satu tim lagi bertugas untuk melakukan pelepasan dan pemasangan kain pada Makam Sunan Kudus.
“Kain yang digunakan terdiri tiga tingkatan. Mulai dari kualitas baik hingga biasa,” katanya.
Sedang untuk motif kainnya, terdiri dari motif untuk, motif kompol, motif melaten, motif wiru, dan motif ranjam. Motif tersebut dibuat dengan kualitas kain yang berbeda. Pemasangannya juga memiliki tempatnya sendiri-sendiri.
Seperti motif ranjam diletakkan di area dalam. Motif kompol yang diletakkan di pojok-pojok makam. Serta motif melaten yang digunakan untuk menghias bagian dalam. Dan motif waru yang digunakan untuk menutup.
“Jadi tiap motif kain punya penempatannya sendiri-sendiri,” ujarnya.
Sedang luwur lama yang dipasang tahun lalu, akan dibagikan ke warga sekitar kompleks masjid. Kain dari makam Sunan Kudus ini banyak yang mempercayai mempunyai berkah tersendiri.
“Siapapun yang percaya ini jangan syirik, sedang siapapun yang tidak percaya, jangan menyalahkan yang percaya,” ucapnya tersenyum.
Rangkaian tradisi buka luwur sendiri sebenarnya sudah diawali dengan penjamasan pusaka Kanjeng Sunan Kudus pada tanggal 15, bulan lalu. Atau tepatnya, hari Kamis pekan pertama pasca Idul Adha. Pengajian Tahun Baru 1441 H juga telah dilakukan malam tadi.
“Yang intinya adalah Indonesia ini kaya akan budaya, ragam, dan tradisi. Tentunya juga menyinggung soal amalan-amalan kehidupan sehari-hari,” ucap Mahesa.
Sedang acara buka luwur sendiri juga dijadikan untuk ajang regenerasi para penerus kebudayaan. Dengan harapan, budaya yang telah dilakukan turun temurun selama berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun itu, bisa terjaga hingga esok yang akan datang.
“Ini juga dijadikan waktu untuk regenarasi. Biasanya yang sepuh, kini kami yang muda. Mereka memandu kami,” ucapnya.
Tidak ada syarat khusus ataupun harus memiliki keturunan khusus. Semua orang yang ingin belajar sangat dipersilahkan untuk belajar bersama. Baik dari aspek luwur maupun banyak aspek lain yang ada di seputaran Menara Kudus.
“Sudah tiga tahun ini kami lakukan regenerasi, siapapun yang ingin belajar dan ngalup berkah sangat diterima di sini,” tandasnya.
Reporter: Anggara Jiwandhana
Editor: Ali Muntoha