Kamis, 20 November 2025


“Sedang langka dan mahal-mahalnya bahan baku ini,” kata Mastuli, salah satu pengrajin batu bata di Desa Papringan tersebut.

Kenaikan harga bahan baku berkisar sampai 50 persen. Hal tersebut pun berimbas pada penjualan serta produksi batu bata. Akibatnya, ia tidak bisa menutup permintaan yang melonjak.

“Padahal harusnya di musim kemarau kami bisa meraup keuntungan yang tinggi,” katanya.

Mastuli menduga, langkanya tanah disebabkan karena para petani enggan menjual tanahnya pada para pengerajin. Lantaran adanya larangan Perda terkait komersialisasi tanah. Kalaupun berhasil mendapat bahan baku, maka harganya tidak cocok di ongkos.

“Mungkin mereka terkendala itu. Sekarang harga per dump truk mencapai Rp 350 ribu. Dari yang semula hanya Rp 250 ribu” lanjutnya.

Senada, Khoironi pengrajin sekaligus pemilik usaha bata merah menjelaskan walau di musim kemarau, pihaknya sangat kesulitan untuk mencukupi kebutuhan pesanan bata. “Padahal ini musim kemarau,” katanya.Ia juga menyebut miniimnya bahan baku jadi biang dari kesulitan untuk memenuhi pesanan.  Jika biasanya pihaknya menggunakan alat berat untuk mengambil tanah, kini hanya menggunakan manual atau tenaga manusia saja.“Biasanya dapat bahan sepuluh rit, kini hanya lima rit. Kami harap segera ada penyelesaian masalahnya,” tandasnya. Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler