Jumat, 21 November 2025


Kasi Surveilance dan Imunisasi Anik Fuad menyebut, kasus keracunan di 2019 pertama kali terjadi di Desa Godangmanis, Kecamatan Bae. Ada sebanyak 13 warga yang diduga mengalami keracunan makanan.

Kemudian kasus kedua, dialami oleh 15 siswa di SD 6 Bulungkulon yang diduga karena keracunan jajan sekolah dan bangkai ayam. Dilanjut dengan keracunan yang menimpa lima balita di TPA Aisyiyah Kudus beberapa waktu lalu.

Kasus keracunan yang terakhir adalah kasus yang menimpa sebanyak 54 santri pondok pesantren Nahdlatul Quran, Desa Singocandi beberapa waktu lalu.

“Untuk keracunan di SD 6 Bulungkulon sebenarnya bukan keracunan, tapi kami tetap masukkan di rekap walaupun hasilnya dipatahkan oleh hasil lab BLK provinsi,” katanya, Rabu (30/10/2019) pagi.

Anik menambahkan, dari segi jumlah kasus tahun ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Yakni dari lima menjadi empat. Hanya, jika dilihat dari kuantitas korban keracunan, tahun ini merupakan yang terbanyak dari tahun-tahun sebelumnya.

“Untuk perbandingan, di 2018 ada 53 korban, tahun ini meningkat menjadi 87 orang,” lanjutnya.
“Untuk perbandingan, di 2018 ada 53 korban, tahun ini meningkat menjadi 87 orang,” lanjutnya.Meningkatnya jumlah korban keracunan tentu menjadi PR besar bagi pihaknya untuk terus meningkatnya kinerja. Terutama dalam memberikan pemahaman pada masyarakat terkait higiene sanitasi, penjamah makanan, kesehatan lingkungan dan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).Sosialisasi terkait hal ini pun akan digencarkan. Pun dengan penanganan dini keracunan yang turut menjadi fokus pihaknya. Walau dalam hal pengamanan sampel makanan atau muntahan, sangat sulit sekali dilakukan.“Sangat jarang ditemui sampel makanan ataupun sampel muntahan di lokasi kejadian, akan kami evaluasi untuk temukan jalan keluarnya,” tandas Anik. Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler