Jumat, 21 November 2025


Kasie Fasilitasi Perdagangan pada Dinas Perdagangan Kudus Teddy Hermawan menyebut, jika transaksi nilai ekspor di Kudus telah mencapai Rp 3,3 triliun. Meningkat dari tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 1,5 triliun.

"Peningkatan di triwulan ketiga ini mencapai seratus persen lebih," ungkapnya.

Tedy menjelaskan, di awal tahun atau triwulan pertama trend ekspor di Kudus memang cukup lesu. Namun, trend tersebut menggeliat naik pada triwulan kedua dan langsung mengalami kenaikan signifikan pada triwulan ke tiga.

"Ini memasuki triwulan keempat, dan masih terus mengalami kenaikan," ucapnya.

Peningkatan dipicu oleh adanya beberapa perusahaan baru di Kudus. Seperti perusahaan pengekspor gula kelapa organik, brikate arang batok kayu, furniture kayu, kopi, beras merah dan beras hitam.

"Perusahaan baru punya peran dalam peningkatan ini," ucapnya.

Selain faktor tersebut, Teddy juga menyebut jika kenaikan nilai ekspor di Kudus dipengaruhi oleh penerapan regulasi baru dari Bea Cukai. Yakni tentang kemudahan Impor Tujuan Ekpor (KITE) yang dirilis pada tahun ini.

"Faktor ini juga memengaruhi peningkatan nilai ekspor," lanjutnya.Walau demikian, nilai transaksi ekspor tertinggi di Kudus masih didominasi oleh sejumlah produk lama. Seperti perusahaan rokok, kertas, bahan baku industri,olahan tembakau serta olahan kayu."Kudus cukup unik. Ada beberapa perusahaan yang bahan bakunya kebanyakan dari luar Kudus, diolah di Kudus, kemudian diekspor ke luar negri," terangnya.Tedy mencontohkan, salah satu perusahaan furniture di Kudus yang sebagaian bahan bakunya mengimpor dari luar negeri. Kemudian perusahaan makanan laut yang bahan bakunya mengambil dari kabupaten sekitar."Jadi justru banyak yang tidak dari kekayaan lokal," tandasnya. Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler