Harga Gula Pasir di Kudus Mahal, Satgas Pangan Selidiki Penyebabnya
Anggara Jiwandhana
Kamis, 5 Maret 2020 14:04:56
Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Kudus Sudiharti menjelaskan, penyelidikan juga didasari fenomena masih tersedianya persediaan gula di pedagang di tengah melambungnya harga gula.
“Ini akan kami selidiki, kami cari penyebabnya segera,” ucapnya saat meninjau harga pangan di Pasar Kliwon, Kamis (5/3/2020).
Kenaikan harga pangan, kata Sudiharti, biasanya terjadi karena barang tersebut mengalami kelangkaan ataupun berkurangnya ketersediaan.
Namun dalam kasus gula ini, lanjutnya, gula tidak mengalami kelangkaan atau minim stok. “Nah inilah yang akan kami selidiki, darimana naiknya akan kami cari,” jelasnya.
Selain gula, katanya, memang ada sejumlah komoditas lain yang mengalami kenaikan. Di antaranya beras, cabai, maupun bawang bombay. Namun, kenaikannya masih dalam taraf wajar.
“Beberapa memang naik (harga), tapi tidak signifikan seperti gula,” terangnya.
Sementara Kasat Reskrim Polres Kudus AKP Rismanto menambahkan, pencarian penyebab akan ditelusuri mulai dari pihak distributor hingga pengecer. Di lapangan, lanjutnya, stok gula pun masih dalam taraf aman. “Kami akan telusuri mulai dari distributor,” ujarnya.
Sementara Kasat Reskrim Polres Kudus AKP Rismanto menambahkan, pencarian penyebab akan ditelusuri mulai dari pihak distributor hingga pengecer. Di lapangan, lanjutnya, stok gula pun masih dalam taraf aman. “Kami akan telusuri mulai dari distributor,” ujarnya.Sedangkan salah satu pedagang dan tengkulak Sutami mengatakan, jika stok gula memang saat ini dalam taraf aman. Hanya, pihaknya tidak mengetahui mengapa harganya naik.Sutami menjelaskan, pihaknya biasa mengambil gula satu kuintal seharga Rp 1,5 juta. Sedang untuk saat ini naik menjadi Rp 1,8 juta.Dari harga tersebut, dia menjual eceran seharga Rp 17 ribu per kilogram. Sedang untuk pedagang, dijual seharga Rp 16,5 ribu. “Saya tidak paham, pasokan memang lancar tapi harga naik,” ujarnya.Selain gula, kata Tami, beberapa komoditas juga mulai merangkak naik. Di antaranya gula merah, telur, dan beras . Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Ali Muntoha
MURIANEWS, Kudus – Tim Satuan Tugas (Satgas) Pangan Kabupaten Kudus menyelidiki penyebab naiknya harga gula pasir di Kudus. Pasalnya, harga kenaikan kini sudah di ambang batas wajar, yakni mencapai Rp 17 ribu per kilogram.
Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Kudus Sudiharti menjelaskan, penyelidikan juga didasari fenomena masih tersedianya persediaan gula di pedagang di tengah melambungnya harga gula.
“Ini akan kami selidiki, kami cari penyebabnya segera,” ucapnya saat meninjau harga pangan di Pasar Kliwon, Kamis (5/3/2020).
Kenaikan harga pangan, kata Sudiharti, biasanya terjadi karena barang tersebut mengalami kelangkaan ataupun berkurangnya ketersediaan.
Namun dalam kasus gula ini, lanjutnya, gula tidak mengalami kelangkaan atau minim stok. “Nah inilah yang akan kami selidiki, darimana naiknya akan kami cari,” jelasnya.
Selain gula, katanya, memang ada sejumlah komoditas lain yang mengalami kenaikan. Di antaranya beras, cabai, maupun bawang bombay. Namun, kenaikannya masih dalam taraf wajar.
“Beberapa memang naik (harga), tapi tidak signifikan seperti gula,” terangnya.
Sementara Kasat Reskrim Polres Kudus AKP Rismanto menambahkan, pencarian penyebab akan ditelusuri mulai dari pihak distributor hingga pengecer. Di lapangan, lanjutnya, stok gula pun masih dalam taraf aman. “Kami akan telusuri mulai dari distributor,” ujarnya.
Sedangkan salah satu pedagang dan tengkulak Sutami mengatakan, jika stok gula memang saat ini dalam taraf aman. Hanya, pihaknya tidak mengetahui mengapa harganya naik.
Sutami menjelaskan, pihaknya biasa mengambil gula satu kuintal seharga Rp 1,5 juta. Sedang untuk saat ini naik menjadi Rp 1,8 juta.
Dari harga tersebut, dia menjual eceran seharga Rp 17 ribu per kilogram. Sedang untuk pedagang, dijual seharga Rp 16,5 ribu. “Saya tidak paham, pasokan memang lancar tapi harga naik,” ujarnya.
Selain gula, kata Tami, beberapa komoditas juga mulai merangkak naik. Di antaranya gula merah, telur, dan beras .
Reporter: Anggara Jiwandhana
Editor: Ali Muntoha