Cak Nun: Puasalah untuk Menuju Ketentraman

Anggara Jiwandhana
Kamis, 22 April 2021 17:30:28


[caption id="attachment_214509" align="alignleft" width="880"]
Cak Nun dalam program Menjelang Senja bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng. (MURIANEWS)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Budayawan sekaligus ulama Emha Ainnun Najib atau yang kerap dikenal sebagai Cak Nun dalam acara Menjelang Senja Bersama Cak Nun & Kiai Kanjeng oleh PR Sukun, Kamis (22/4/2021) menuturkan jika sebuah ibadah puasa itu haruslah punya tujuan.
Tak hanya puasa, semua amalan-amalan dunia tentunya memiliki unsur dari mana menuju ke mana. “Puasa itu untuk apa?. Semua ibadah spiritual dan fisik itu untuk apa to?,” kata Cak Nun.
Ibadah puasa, lanjut Cak Nun haruslah diperjelas niatnya. Karena puasa adalah salah satu upaya hijrah dari satu hal ke hal lainnya. Di mana ujungnya, lanjut Cak Nun, adalah sebuah ketentraman.
“Semua ibadah, sejatinya juga harus diatur untuk menuju sebuah ketentraman. Artinya sudah tidak ada pamrih, sudah tidak ada dengki, dan tidak mengejar dunia,” kata Cak Nun.
Namun, Cak Nun mewanti-wanti untuk tidak mengartikan ketentraman secara sempit. Sehingga dalam perjalanan kehidupan juga tidak asal sembarangan.
“Taatlah kepada yang Allah kehendaki. Kalau sudah jadi jagung ya jangan iri jadi padi. Kita tidak bisa semau-maumu dan itu yang kita lakukan,” ujarnya.
Berpuasa sendiri, sambung Cak Nun, adalah menahan diri untuk tidak berbuat hal-hal yang tidak baik. Manusia bisa berbuat apapun, baik maupun buruk. Tetapi mereka juga bisa memilih untuk tidak berbuat hal yang buruk.
Dalam episode menjelang senja yang pertama sebelumnya, Allah sendiri, ujar Cak Nun, sangat menyukai orang-orang yang berpuasa. Tepatnya, orang-orang yang berpuasa atau menahan diri untuk tidak berbuat buruk.
”Puasa itu salah satu kepastian dalam hidup manusia. Kamu tidak bisa kalau tidak berpuasa. Hidup akan hancur jika tak berpuasa, karena tidak ada batasannya,” ungkap Cak Nun.
Oleh karenanya, manusia harus membuat daftar apa saja yang harus dia batasi di hidupnya. Kemudian melakukan puasa untuk itu.
“Jadikan puasa itu nikmat, bukan beban. Tuhan berhak sebenarnya menyuruh setahun penuh puasa. tapi hanya diberi sebulan, karena itulah puasa adalah nikmat,” jelasnya.
Reporter: Anggara Jiwandhana
Editor: Ali Muntoha
https://www.youtube.com/watch?v=z5zb0I_smR0

MURIANEWS, Kudus – Budayawan sekaligus ulama Emha Ainnun Najib atau yang kerap dikenal sebagai Cak Nun dalam acara Menjelang Senja Bersama Cak Nun & Kiai Kanjeng oleh PR Sukun, Kamis (22/4/2021) menuturkan jika sebuah ibadah puasa itu haruslah punya tujuan.
Tak hanya puasa, semua amalan-amalan dunia tentunya memiliki unsur dari mana menuju ke mana. “Puasa itu untuk apa?. Semua ibadah spiritual dan fisik itu untuk apa to?,” kata Cak Nun.
Ibadah puasa, lanjut Cak Nun haruslah diperjelas niatnya. Karena puasa adalah salah satu upaya hijrah dari satu hal ke hal lainnya. Di mana ujungnya, lanjut Cak Nun, adalah sebuah ketentraman.
“Semua ibadah, sejatinya juga harus diatur untuk menuju sebuah ketentraman. Artinya sudah tidak ada pamrih, sudah tidak ada dengki, dan tidak mengejar dunia,” kata Cak Nun.
Namun, Cak Nun mewanti-wanti untuk tidak mengartikan ketentraman secara sempit. Sehingga dalam perjalanan kehidupan juga tidak asal sembarangan.
“Taatlah kepada yang Allah kehendaki. Kalau sudah jadi jagung ya jangan iri jadi padi. Kita tidak bisa semau-maumu dan itu yang kita lakukan,” ujarnya.
Berpuasa sendiri, sambung Cak Nun, adalah menahan diri untuk tidak berbuat hal-hal yang tidak baik. Manusia bisa berbuat apapun, baik maupun buruk. Tetapi mereka juga bisa memilih untuk tidak berbuat hal yang buruk.
Dalam episode menjelang senja yang pertama sebelumnya, Allah sendiri, ujar Cak Nun, sangat menyukai orang-orang yang berpuasa. Tepatnya, orang-orang yang berpuasa atau menahan diri untuk tidak berbuat buruk.
”Puasa itu salah satu kepastian dalam hidup manusia. Kamu tidak bisa kalau tidak berpuasa. Hidup akan hancur jika tak berpuasa, karena tidak ada batasannya,” ungkap Cak Nun.
Oleh karenanya, manusia harus membuat daftar apa saja yang harus dia batasi di hidupnya. Kemudian melakukan puasa untuk itu.
“Jadikan puasa itu nikmat, bukan beban. Tuhan berhak sebenarnya menyuruh setahun penuh puasa. tapi hanya diberi sebulan, karena itulah puasa adalah nikmat,” jelasnya.
Reporter: Anggara Jiwandhana
Editor: Ali Muntoha
https://www.youtube.com/watch?v=z5zb0I_smR0