Pupuk NPK Menipis Jelang MT 1, Kudus Minta Tambahan Stok
Anggara Jiwandhana
Kamis, 9 September 2021 16:21:21
MURIANEWS, Kudus – Stok pupuk NPK di Kabupaten Kudus kini mulai menipis. Padahal saat ini mendekati musim tanam (MT) pertama. Bahkan di salah satu kecamatan, yakni Undaan, stok NPK sudah habis.
Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Kudus tengah menginventarisir kebutuhan pupuk NPK yang dibutuhkan petani di Kudus untuk menghadai MT pertama di Oktober mendatang. Pendataannya, melalui gabungan kelompok tani di semua kecamatan di
Kudus.
“Kami harapkan ketika kami rampung menginventarisasi dan melaporkannya, kami bisa mendapat tambahan alokasi pupuk,” kata Kepala DPP Kabupaten Kudus Sunardi, Kamis (9/9/2021).
Nardi mengatakan, alokasi pupuk NPK yang diterima saat ini memang belum sesuai rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) yang diajukan sebelumnya.
Walau demikian, ketika nanti belum diberikan alokasi tambahan, pihaknya akan mencoba untuk melakukan realokasi pupuk di tiap kecamatannya.
“Saat ini ada kecamatan yang yang belum terserap semua alokasinya, ini nanti akan kami coba realokasi lagi,” jelas dia.
Sementara Camat Undaan Kudus Rifai Nawawi membenarkan bahwa alokasi pupuk jenis NPK yang diterima Kecamatan Undaan saat ini sudah habis. Pihaknya berharap, pupuk pendamping urea tersebut bisa tersedia sebelum MT 1 di bulan Oktober mendatang.
Sementara Camat Undaan Kudus Rifai Nawawi membenarkan bahwa alokasi pupuk jenis NPK yang diterima Kecamatan Undaan saat ini sudah habis. Pihaknya berharap, pupuk pendamping urea tersebut bisa tersedia sebelum MT 1 di bulan Oktober mendatang.
Baca: Polisi Buru Mafia Pupuk Bersubsidi di PatiPupuk NPK sendiri, lanjut Rifa’I memang dipakai selang setelah pemakaian pupuk urea di saat awal masa tanam.“Kami harap dinas terkait ini bisa mengalokasikannya segera untuk kami yang ada di Undaan,” jelas Rifai.Alokasi pupuk yang diterima Kabupaten Kudus sendiri adalah sebanyak 12.190 ton urea, SP36 sebanyak 184 ton, ZA sebanyak 3.311 ton, NPK sebanyak 5.478 ton, pupuk organik granul (POG) sebanyak 870 ton dan pupuk organik cair (POC) sebanyak 2.350 ton. Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_207366" align="alignleft" width="880"]

Tumpukan pupuk di salah satu KPL di Kudus. (MURIANEWS/Anggara Jiwandhana)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Stok pupuk NPK di Kabupaten Kudus kini mulai menipis. Padahal saat ini mendekati musim tanam (MT) pertama. Bahkan di salah satu kecamatan, yakni Undaan, stok NPK sudah habis.
Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Kudus tengah menginventarisir kebutuhan pupuk NPK yang dibutuhkan petani di Kudus untuk menghadai MT pertama di Oktober mendatang. Pendataannya, melalui gabungan kelompok tani di semua kecamatan di
Kudus.
“Kami harapkan ketika kami rampung menginventarisasi dan melaporkannya, kami bisa mendapat tambahan alokasi pupuk,” kata Kepala DPP Kabupaten Kudus Sunardi, Kamis (9/9/2021).
Nardi mengatakan, alokasi pupuk NPK yang diterima saat ini memang belum sesuai rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) yang diajukan sebelumnya.
Walau demikian, ketika nanti belum diberikan alokasi tambahan, pihaknya akan mencoba untuk melakukan realokasi pupuk di tiap kecamatannya.
“Saat ini ada kecamatan yang yang belum terserap semua alokasinya, ini nanti akan kami coba realokasi lagi,” jelas dia.
Sementara Camat Undaan Kudus Rifai Nawawi membenarkan bahwa alokasi pupuk jenis NPK yang diterima Kecamatan Undaan saat ini sudah habis. Pihaknya berharap, pupuk pendamping urea tersebut bisa tersedia sebelum MT 1 di bulan Oktober mendatang.
Baca: Polisi Buru Mafia Pupuk Bersubsidi di Pati
Pupuk NPK sendiri, lanjut Rifa’I memang dipakai selang setelah pemakaian pupuk urea di saat awal masa tanam.
“Kami harap dinas terkait ini bisa mengalokasikannya segera untuk kami yang ada di Undaan,” jelas Rifai.
Alokasi pupuk yang diterima Kabupaten Kudus sendiri adalah sebanyak 12.190 ton urea, SP36 sebanyak 184 ton, ZA sebanyak 3.311 ton, NPK sebanyak 5.478 ton, pupuk organik granul (POG) sebanyak 870 ton dan pupuk organik cair (POC) sebanyak 2.350 ton.
Reporter: Anggara Jiwandhana
Editor: Ali Muntoha