Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus berkeinginan untuk menghidupkan kembali Poliklinik Kesehatan Desa (PKD). Angan-angan DKK bukan tanpa alasan jika berkaca dari lonjakan kasus
-19 gelombang kedua beberapa waktu lalu.
Di mana semua fasilitas kesehatan baik tingkat puskesmas hingga rumah sakit rujukan penuh pasien Covid-19. Alhasil, pasien-pasien noncovid-19 tersisihkan karena kepadatan layanan.
Kepala DKK Kudus Badai Ismoyo mengatakan, menghidupkan kembali PKD sebenarnya bukan perkara yang enteng. Mereka menyadari, ada banyak sistem yang harus dibangun dan tidak semudah yang dibayangkan.
Mulai dari pembiayaan, sumber daya manusianya, hingga sarana dan prasarana yang perlu dilengkapi bila ingin menghidupkan kembali PKD-PKD di
.
“Itu harus dipikirkan ketika ingin mengarah ke sana. Sehingga bisa menghasilkan pelayanan yang komperhensif,” kata Badai.
Namun, ketika berhasil menghidupkan kembali PKD, Badai yakin pelayanan kesehatan di Kabupaten Kudus bisa berjalan dengan maksimal. Sistem rujukan berjenjang juga bisa dijalankan.Dengan begitu, tak ada lagi yang namanya kepadatan layanan kesehatan. Karena pelayanan bisa diprioritaskan berdasarkan keparahan penyakitnya.“Ada yang hanya flu saja kemudian datang ke rumah sakit dan akhirnya menjadikan kepadatan. Namun ketika ada PKD, mereka yang sakit-sakit ringan dan cukup ditangani oleh bidan desa misalnya, bisa memecah kepadatan pelayanannya,” ungkap Badai. Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_249685" align="alignleft" width="1280"]

Badai Ismoyo, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus. (MURIANEWS/Anggara Jiwandhana)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus berkeinginan untuk menghidupkan kembali Poliklinik Kesehatan Desa (PKD). Angan-angan DKK bukan tanpa alasan jika berkaca dari lonjakan kasus
Covid-19 gelombang kedua beberapa waktu lalu.
Di mana semua fasilitas kesehatan baik tingkat puskesmas hingga rumah sakit rujukan penuh pasien Covid-19. Alhasil, pasien-pasien noncovid-19 tersisihkan karena kepadatan layanan.
Kepala DKK Kudus Badai Ismoyo mengatakan, menghidupkan kembali PKD sebenarnya bukan perkara yang enteng. Mereka menyadari, ada banyak sistem yang harus dibangun dan tidak semudah yang dibayangkan.
Mulai dari pembiayaan, sumber daya manusianya, hingga sarana dan prasarana yang perlu dilengkapi bila ingin menghidupkan kembali PKD-PKD di
Kudus.
“Itu harus dipikirkan ketika ingin mengarah ke sana. Sehingga bisa menghasilkan pelayanan yang komperhensif,” kata Badai.
Namun, ketika berhasil menghidupkan kembali PKD, Badai yakin pelayanan kesehatan di Kabupaten Kudus bisa berjalan dengan maksimal. Sistem rujukan berjenjang juga bisa dijalankan.
Dengan begitu, tak ada lagi yang namanya kepadatan layanan kesehatan. Karena pelayanan bisa diprioritaskan berdasarkan keparahan penyakitnya.
“Ada yang hanya flu saja kemudian datang ke rumah sakit dan akhirnya menjadikan kepadatan. Namun ketika ada PKD, mereka yang sakit-sakit ringan dan cukup ditangani oleh bidan desa misalnya, bisa memecah kepadatan pelayanannya,” ungkap Badai.
Reporter: Anggara Jiwandhana
Editor: Ali Muntoha