Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS, Kudus – Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus hingga kini belum mengambil tindakan untuk 4.000 dosis vaksin jenis AstraZeneca (AZ) yang kedaluwarsa di akhir Oktober lalu. Rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih ditunggu.

Vaksin-vaksin tersebut pun masih disimpan di gudang penyimpanan dengan suhu minus 20 derajat celsius.

“Kami masih menunggu rekomendasi dari BPOM maupun kementerian terkait hal tersebut,” kata Kepala DKK Kudus Badai Ismoyo, Rabu (10/11/2021).

Badai menyebut, sepanjang vaksin tersebut dalam keadaan tidak rusak, maka pihaknya yakin itu bisa dipakai kembali. Kondisi tersebut juga didukung dengan masa kedaluwarsa dari produsen yang bisa mencapai dua hingga tiga tahun.

“Karena biasanya masa kedaluwarsa vaksin yang ditentukan BPOM dan produsen vaksin beda, produsen biasanya lebih lama,” ujarnya.

Bupati Kudus HM Hartopo sebelumnya menjelaskan penyebab vaksin tersebut kedaluwarsa.

Baca: Kronologi Vaksin AstraZeneca Kedaluwarsa di Kudus

Hartopo mengatakan, vaksin jenis AZ tersebut sebenarnya sudah dialokasikan Kementerian Kesehatan untuk Kudus awal Oktober kemarin. Jumlahnya sebanyak 50 ribu dosis.
Hartopo mengatakan, vaksin jenis AZ tersebut sebenarnya sudah dialokasikan Kementerian Kesehatan untuk Kudus awal Oktober kemarin. Jumlahnya sebanyak 50 ribu dosis.“Itu tanggal dua sudah dikirim ke provinsi. Tanggal 12 Oktober baru dikirim di Kudus. Artinya lama di provinsi juga ya, sebelas hari,” kata HartopoBaca: Jika Vaksin Kedaluwarsa Disuntikkan ke Tubuh, Apa Dampaknya?Kudus sendiri, sempat bertanya kepada Kementerian Kesehatan kenapa stok vaksin yang dikirim belum sampai di Kudus. Hingga akhirnya Kudus berkoordinasi ke provinsi dan segera mengambil vaksin tersebut.“Tanggal 12 itu kita ambil, nah tanggal 31 Oktober kedaluwarsa. Artinya kami punya waktu 18 hari untuk menyuntikkan ke masyarakat,” lanjutnya.Dengan waktu semepet itu, kata dia, Kudus bisa dibilang bagus. Karena hanya tersisa sebanyak 4 ribu dosis dari 50 ribu dosis. “Itu kira-kira sekitar 90 persen,” terangnya. Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler