Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS, Kudus – Kabupaten Kudus kini punya city brand yang baru. Namanya, adalah “Kudus Kota Empat Negri”.

Tak sembarangan, ada nilai historis yang melekat pada tagline tersebut. Sederet perdebatan dan riset juga dilakukan tim ad-hoc untuk memastikan apakah tagline tersebut benar cocok dengan kabupaten yang lebih dulu dikenal dengan nama Kota Kretek ini.

Empat negri sendiri mengacu pada empat peradaban yang sempat berpengaruh di Kabupaten Kudus.

Jawa, Tionghoa, Arab, dan Kolonial atau Eropa, setidaknya ini yang didapatkan setelah Tim Ad-Hoc City Brannding Kudus mengkaji dan menggali lebih dalam nilai-nilai histori yang ada di Kota ini.

“Bisa dibilang keempat peradaban ini punya ciri khas dan peninggalan budayanya masing-masing. Jawa yang lekat dengan animismenya, Tionghoa dengan bangunan dan gebyoknya, Arab dengan tradisi dan agamanya, hingga kolonial dengan sistem dan bangunan-bangunan sejarahnya, semua masih ada sampai saat ini,” ucap salah satu tim Ad-Hoc City Branding Kudus Kota Empat Negri, Agus Susanto, Rabu (18/5/2022).

Baca: Awal Mula Terciptanya 'Kota Empat Negri', City Brand Baru Kabupaten Kudus

Lebih rinci, Agus pun menjabarkan satu per satu asal muasal hingga peninggalan budaya masing-masing peradaban itu.

Di mulai dari Jawa, peradaban yang kali pertama ada di Kabupaten Kudus melalui kerajaan-kerajaan Jawa yang saat itu berkuasa.

“Dahulu awal mulanya peradaban Jawa ada dua, Jawa animisme dan Jawa hindu. Ini masih ada peninggalan budayanya. Salah satu yang masih melekat ialah Langgar Bubrah,” ujarnya.Kemudian memasuki peradaban kedua dan ketiga yakni Tionghoa dan Arab. Agus menceritakan kedua peradaban ini hampir berdampingan ketika masuk ke Kabupaten Kudus. Mereka juga masuk dari tempat yang sama, yakni pesisir laut.“Dahulu kan Kudus ini selat, mereka masuk lewat sana. Tionghoa datang kemudian menetap dan diwarisilah Gebyok. Itu asli Kudus peninggalan peradaban Tionghoa. Kemudian Arab, apalagi kalau bukan Menara Kudus dengan Syekh Ja’far Shodiq (Sunan Kudus, red),” imbuhnya.Baca: Kota Empat Negri Tak Akan Geser Julukan Kudus Kota KretekSementara era kolonial, lanjut Agus, adalah era baru di mana Kudus sebagai residen atau Kabupaten yang baru. Di mana saat itu kolonial menunjuk seorang penjabat bupati untuk membangun sebuah pendapa dan alun-alun baru. Dia adalah seorang Bupati Patmonegoro.“Alun-alun, kemudian pendapa kabupaten, dan bangunan-bangunan yang tersebar di Kudus ini adalah bentuk peninggalan era kolonialisme,” pungkasnya. Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler