TPID Kudus Siapkan Jurus Jitu Cegah Inflasi Melonjak
Anggara Jiwandhana
Kamis, 25 Agustus 2022 10:55:56
MURIANEWS, Kudus – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah, mulai menyiapkan skema penanganan untuk mencegah melonjaknya inflasi di Kota Kretek.
Hal tersebut dilakukan mengingat akan terjadinya kenaikan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.
Kenaikan tersebut dikhawatirkan mengerek semua harga bahan pokok hingga jasa moda transportasi, yang kemudian menurunkan daya beli di masyarakat.
Ketua Harian TPID Kudus yang juga Sekretaris Daerah (Sekda) Kudus Samani Intakoris menyebutkan, ada sejumlah kesiapan yang kini mulai dibangun oleh Pemkab Kudus.
Mulai dari rencana pengendalian harga dengan menggelar operasi pasar. Hingga monitoring untuk memastikan ketersediaan stok barang dalam keadaan cukup dan dengan harga yang wajar.
”Ini adalah langkah awal yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengendalikan kenaikan harga nanti. Sesuai arahan bupati, kami akan mencoba semaksimal mungkin mencegah daya beli di masyarakat menurun karena kenaikan harga bahan pokok,” kata Samani, Kamis (25/8/2022).
Baca: Kudus Mulai Waspadai Tingginya InflasiWalaupun begitu, Samani yakin Kabupaten Kudus masih cukup aman dari inflasi berlebih tersebut. Mengingat Kudus merupakan jalur sutra perdagangan dan memiliki lumbung padi sendiri. Sehingga ketahanan dan ketersediaan pangannya diyakini masih cukup aman.
Walaupun begitu, Samani yakin Kabupaten Kudus masih cukup aman dari inflasi berlebih tersebut. Mengingat Kudus merupakan jalur sutra perdagangan dan memiliki lumbung padi sendiri. Sehingga ketahanan dan ketersediaan pangannya diyakini masih cukup aman.”Memang dalam inflasi yang paling utama harus diantisipasi adalah sektor pangan, karena ini sangat berkaitan dengan kehidupan masyarakat sehari-harinya. Dinas Perdagangan nanti bisa segera menggelar operasi pasar bilamana harga sudah mulai tidak wajar,” pungkasnya.Sebagai informasi, Kabupaten Kudus pada Juli 2022 mengalami inflasi sebesar 0,38 persen, dengan indeks Harga Konsumen (IHK) yakni sebesar 111,01. Pemicu tingginya inflasi di Kudus pada Juli karena naiknya harga barang-barang di sepuluh kelompok pengeluaran.Adapun sepuluh kelompok pengeluaran pendidikan sebesar 0,88 persen, kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,61 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,46 persen, dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,44 persen.Kemudian kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,35 persen, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,18 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,14 persen.Selanjutnya ada kelompok transportasi sebesar 0,10 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,03 persen, dan kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,02 persen. Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_310964" align="alignleft" width="1280"]

Sekda Kudus Samani Intakoris. (Murianews/Anggara Jiwandhana)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah, mulai menyiapkan skema penanganan untuk mencegah melonjaknya inflasi di Kota Kretek.
Hal tersebut dilakukan mengingat akan terjadinya kenaikan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.
Kenaikan tersebut dikhawatirkan mengerek semua harga bahan pokok hingga jasa moda transportasi, yang kemudian menurunkan daya beli di masyarakat.
Ketua Harian TPID Kudus yang juga Sekretaris Daerah (Sekda) Kudus Samani Intakoris menyebutkan, ada sejumlah kesiapan yang kini mulai dibangun oleh Pemkab Kudus.
Mulai dari rencana pengendalian harga dengan menggelar operasi pasar. Hingga monitoring untuk memastikan ketersediaan stok barang dalam keadaan cukup dan dengan harga yang wajar.
”Ini adalah langkah awal yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengendalikan kenaikan harga nanti. Sesuai arahan bupati, kami akan mencoba semaksimal mungkin mencegah daya beli di masyarakat menurun karena kenaikan harga bahan pokok,” kata Samani, Kamis (25/8/2022).
Baca: Kudus Mulai Waspadai Tingginya Inflasi
Walaupun begitu, Samani yakin Kabupaten Kudus masih cukup aman dari inflasi berlebih tersebut. Mengingat Kudus merupakan jalur sutra perdagangan dan memiliki lumbung padi sendiri. Sehingga ketahanan dan ketersediaan pangannya diyakini masih cukup aman.
”Memang dalam inflasi yang paling utama harus diantisipasi adalah sektor pangan, karena ini sangat berkaitan dengan kehidupan masyarakat sehari-harinya. Dinas Perdagangan nanti bisa segera menggelar operasi pasar bilamana harga sudah mulai tidak wajar,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Kabupaten Kudus pada Juli 2022 mengalami inflasi sebesar 0,38 persen, dengan indeks Harga Konsumen (IHK) yakni sebesar 111,01. Pemicu tingginya inflasi di Kudus pada Juli karena naiknya harga barang-barang di sepuluh kelompok pengeluaran.
Adapun sepuluh kelompok pengeluaran pendidikan sebesar 0,88 persen, kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,61 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,46 persen, dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,44 persen.
Kemudian kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,35 persen, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,18 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,14 persen.
Selanjutnya ada kelompok transportasi sebesar 0,10 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,03 persen, dan kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,02 persen.
Reporter: Anggara Jiwandhana
Editor: Ali Muntoha