Buru-Buru Antre Pertalite Sebelum Naik, Banyak Warga Kudus yang Kecele
Anggara Jiwandhana
Sabtu, 3 September 2022 15:23:51
MURIANEWS, Kudus – Banyak warga Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah, yang langsung menyerbu ke SPBU untuk membeli Pertalite, usai Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BMM, Sabtu (3/9/2022) siang. Namun banyak juga yang tetap kecele.
Tidak sedikit warga yang sudah buru-buru antre di SPBU, namun tidak kebagian Pertalite dengan harga lama. Pasalnya, pada pukul 14.20 WIB, pihak SPBU langsung menaikkan harga Pertalite dari Rp 7.650 per liter, naik menjadi Rp 10.000.
Salah satunya adalah Mahmudah. Warga Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus itu langsung meninggalkan pekerjaan rumahnya dan bergegas ke SPBU Matahari Kudus untuk mengantre BBM subsidi jenis pertalite.
Baca: BREAKING NEWS: Harga Pertalite dan Solar Resmi NaikDia berharap masih bisa mendapat harga lama. Namun sayangnya, di SPBU tersebut terjadi antrean yang cukup mengular.
Mahmudah pun harus gigit jari karena ketika gilirannya untuk mengisi pertalite, harga yang diberlakukan sudah harga baru, yakni sebesar Rp 10 ribu.
”Ya mau jengkel tapi bagaimana, sudah antre lama saya tadi, sampai tadi beres-beres rumah saya tinggal gara-gara dapat info di WA Grup kalau BBM mau naik jam setengah tiga sore, tapi sampai sini tetep enggak dapet,” katanya.
Baca: Usai BBM Diumumkan Naik, Warga Kudus Langsung Serbu SPBUKarena sudah terlanjur antre ia pun tetap membeli Pertalite meski harganya sudah naik. Dia pun mengaku merasa keberatan dengan kenaikan BBM ini.”Dulu naik terus turun, ini naik lagi, pemerintah jangan asal naik turunkan harga, masyarakat kasihan, belum nanti bahan pokok yang melonjak tinggi gara-gara ini, intinya saya keberatan,” tandasnya.Pengantre lainnya, Hani mengungkapkan ketidaksetujuannya bila pemerintah menaikkan harga BBM. Selain karena bisa menambah pengeluarannya, dia khawatir bahan pokom akan semakin naik.”Kalau saya tidak setuju, harapannya pemerintah tidak jadi menaikkannya,” pungkasnya. Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_313443" align="alignleft" width="1280"]

Antrean mengular di SPBU Matahari Kudus usai pengumuman harga BBM naik. (Murianews/Anggara Jiwandhana)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Banyak warga Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah, yang langsung menyerbu ke SPBU untuk membeli Pertalite, usai Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BMM, Sabtu (3/9/2022) siang. Namun banyak juga yang tetap kecele.
Tidak sedikit warga yang sudah buru-buru antre di SPBU, namun tidak kebagian Pertalite dengan harga lama. Pasalnya, pada pukul 14.20 WIB, pihak SPBU langsung menaikkan harga Pertalite dari Rp 7.650 per liter, naik menjadi Rp 10.000.
Salah satunya adalah Mahmudah. Warga Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus itu langsung meninggalkan pekerjaan rumahnya dan bergegas ke SPBU Matahari Kudus untuk mengantre BBM subsidi jenis pertalite.
Baca: BREAKING NEWS: Harga Pertalite dan Solar Resmi Naik
Dia berharap masih bisa mendapat harga lama. Namun sayangnya, di SPBU tersebut terjadi antrean yang cukup mengular.
Mahmudah pun harus gigit jari karena ketika gilirannya untuk mengisi pertalite, harga yang diberlakukan sudah harga baru, yakni sebesar Rp 10 ribu.
”Ya mau jengkel tapi bagaimana, sudah antre lama saya tadi, sampai tadi beres-beres rumah saya tinggal gara-gara dapat info di WA Grup kalau BBM mau naik jam setengah tiga sore, tapi sampai sini tetep enggak dapet,” katanya.
Baca: Usai BBM Diumumkan Naik, Warga Kudus Langsung Serbu SPBU
Karena sudah terlanjur antre ia pun tetap membeli Pertalite meski harganya sudah naik. Dia pun mengaku merasa keberatan dengan kenaikan BBM ini.
”Dulu naik terus turun, ini naik lagi, pemerintah jangan asal naik turunkan harga, masyarakat kasihan, belum nanti bahan pokok yang melonjak tinggi gara-gara ini, intinya saya keberatan,” tandasnya.
Pengantre lainnya, Hani mengungkapkan ketidaksetujuannya bila pemerintah menaikkan harga BBM. Selain karena bisa menambah pengeluarannya, dia khawatir bahan pokom akan semakin naik.
”Kalau saya tidak setuju, harapannya pemerintah tidak jadi menaikkannya,” pungkasnya.
Reporter: Anggara Jiwandhana
Editor: Ali Muntoha