Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS, Kudus – Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai menyediakan kedelai lokal untuk mencukupi kebutuhan pedusen tahu dan tempe di Kudus. Hal tersebut dilakukan menyusul semakin tingginya harga kedelai impor di pasaran.

Harga kedelai lokal sendiri memang lebih murah Rp 700 ketimbang harga kedelai impor yang kini menembus harga Rp 12.700 per kilogramnya.

Manajer Primkopti Kabupaten Kudus Amar Ma'ruf mengungkapkan, harga kedelai lokal saat ini stabil di angka Rp 12 ribu. Produsen tahu-tempe pun sudah bisa membeli kedelai tersebut di Primkopti Kudus.

”Sudah ada di Primkopti, bila memang pengrajin ingin beralih ke kedelai lokal bisa langsung menggunakannya,” kata dia, Selasa (27/9/2022).

Baca: Harga Tahu di Kudus Naik Rp 3 Ribu per Papan

Walau begitu Ma'ruf mengungkapkan ketersediaan kedelai lokal memang belum sebanyak kedelai impor. Mengingat pasokannya juga belum lama ini dilakukan dan masih terkendala keterbatasan lahan tanaman kedelai di Indonesia.

”Baru-baru ini kami terima stok dari Kabupaten Pati, tapi ya itu, stoknya tersisa 3 ton saja,” imbuhnya.
”Baru-baru ini kami terima stok dari Kabupaten Pati, tapi ya itu, stoknya tersisa 3 ton saja,” imbuhnya.Kondisi tersebut, ujarnya, berbalik dengan kedelai impor. Di mana stok pasokannya kini mencapai 50 ton dan masih bisa ditambah.”Kalau pasokan kedelai lokal memang bergantung dengan daerah mana yang akan panen, seperti kemarin, kami juga mendapatkan pasokan dari Kabupaten Blora dan Jawa Timur,” ungkapnya.Baca: Produsen Tahu Tempe di Kudus Diberi Subsidi KedelaiSebagai informasi, harga kedelai impor di Kabupaten Kudus, saat ini tengah mengalami fluktuasi karena dampak kenaikan harga BBM. Sebelum adanya kenaikan, harga jual kedelai impor masih berkisar Rp12.300 per kilogram. Namun, setelah ada kenaikan harga, akhirnya tembus hingga Rp 12.700 per kilogram.Sementara jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus mencapai 300 pengusaha yang tersebar di beberapa kecamatan.Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler