Ruang Kelas SD 1 Payaman Kudus Dijadikan Lokasi Pengungsian Banjir
Anggara Jiwandhana
Senin, 2 Januari 2023 14:53:00
Padahal pada Senin (2/1/2023) hari ini, mereka sudah melangsungkan pembelajaran tatap muka (PTM). Proses belajar mengajar mereka pun dialihkan di Laboratorium Bahasa dan Mushala sekolah tersebut.
Kepala SDN 1 Payaman Sutopo mengungkapkan, anak-anak tidak merasa keberatan dengan dijadikannya sekolah mereka sebagai lokasi pengungsian. Mereka pun belajar sesuai jam normal dan masih berjalan lancar.
”Untuk yang dipakai pengungsian kan di kelas 5 dan 6. Saat ini PTM mereka dialihkan di lab (bahasa) dan musala, mereka tidak protes,” katanya.
Lagipula, lanjut Sutopo, banyak dari pengungsi yang bekerja di siang hari. Sehingga tidak ada keramain pengungsi saat kegiatan belajar mengajar dilangsungkan. ”Iya, karena siang pada bekerja kan ramainya sore,” sambungnya.
Baca: Pengungsian di Jati Wetan Kudus Butuh Ribuan Nasi Bungkus Tiap HariDua ruang kelas ini, kata dia, memang menjadi pilihan terakhir untuk lokasi pengungsian bilamana Desa Payaman mengalami kebanjiran. Sementara pilihan utamanya adalah di balai desa.
”Baru kemarin pengungsi datang ke sini. Tapi sebenarnya ini bukan pertama kali karena beberapa tahun lalu juga ini semua sempat dipakai untuk lokasi pengungsian, bahkan seluruh kelas,” ungkapnya.
”Baru kemarin pengungsi datang ke sini. Tapi sebenarnya ini bukan pertama kali karena beberapa tahun lalu juga ini semua sempat dipakai untuk lokasi pengungsian, bahkan seluruh kelas,” ungkapnya.
Baca: Pengungsi Banjir di Gulang Kudus Butuh Perlengkapan BayiPihak sekolah hanya menyediakan dua ruang kelas. Yang mana bila banjir semakin deras maka ruangan kelas 5 bisa langsung dipakai. Saat ini, ruangan kelas yang dipakai hanya di ruang kelas 6.Sementara untuk kebutuhan logistik, mereka dicukupi dari pemerintah desa.Kepala Desa Payaman Nurhadi menyampaikan, jumlah warganya yang mengungsi di SD tersebut adalah sebanyak 27 orang. Dengan rincian enam orang lansia, sebelas orang dewasa, enam anak-anak, dan empat orang balita.https://youtu.be/RnxYo6SYxuIReporter: Anggara JiwandhanaEditor: Ali Muntoha
Murianews, Kudus – Siswa-siswi kelas 5 dan 6 SDN 1 Payaman Desa Payaman, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, rela ruang kelasnya dipergunakan untuk pengungsian korban banjir. Ada 27 orang yang mengungsi di sekolah ini.
Padahal pada Senin (2/1/2023) hari ini, mereka sudah melangsungkan pembelajaran tatap muka (PTM). Proses belajar mengajar mereka pun dialihkan di Laboratorium Bahasa dan Mushala sekolah tersebut.
Kepala SDN 1 Payaman Sutopo mengungkapkan, anak-anak tidak merasa keberatan dengan dijadikannya sekolah mereka sebagai lokasi pengungsian. Mereka pun belajar sesuai jam normal dan masih berjalan lancar.
”Untuk yang dipakai pengungsian kan di kelas 5 dan 6. Saat ini PTM mereka dialihkan di lab (bahasa) dan musala, mereka tidak protes,” katanya.
Lagipula, lanjut Sutopo, banyak dari pengungsi yang bekerja di siang hari. Sehingga tidak ada keramain pengungsi saat kegiatan belajar mengajar dilangsungkan. ”Iya, karena siang pada bekerja kan ramainya sore,” sambungnya.
Baca: Pengungsian di Jati Wetan Kudus Butuh Ribuan Nasi Bungkus Tiap Hari
Dua ruang kelas ini, kata dia, memang menjadi pilihan terakhir untuk lokasi pengungsian bilamana Desa Payaman mengalami kebanjiran. Sementara pilihan utamanya adalah di balai desa.
”Baru kemarin pengungsi datang ke sini. Tapi sebenarnya ini bukan pertama kali karena beberapa tahun lalu juga ini semua sempat dipakai untuk lokasi pengungsian, bahkan seluruh kelas,” ungkapnya.
Baca: Pengungsi Banjir di Gulang Kudus Butuh Perlengkapan Bayi
Pihak sekolah hanya menyediakan dua ruang kelas. Yang mana bila banjir semakin deras maka ruangan kelas 5 bisa langsung dipakai. Saat ini, ruangan kelas yang dipakai hanya di ruang kelas 6.
Sementara untuk kebutuhan logistik, mereka dicukupi dari pemerintah desa.
Kepala Desa Payaman Nurhadi menyampaikan, jumlah warganya yang mengungsi di SD tersebut adalah sebanyak 27 orang. Dengan rincian enam orang lansia, sebelas orang dewasa, enam anak-anak, dan empat orang balita.
https://youtu.be/RnxYo6SYxuI
Reporter: Anggara Jiwandhana
Editor: Ali Muntoha