Festival Lampion Baratan, Cara Warga Sidorekso Kudus Peringati Nisfu Syaban
Anggara Jiwandhana
Rabu, 8 Maret 2023 09:08:09
Tak jarang, ada berbagai tradisi khas daerah yang turut serta digelar untuk memperingati malam yang istimewa tersebut. Seperti Festival Baratan yang digelar oleh warga Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Tradisi ini digelar kembali pada Selasa (7/3/2023) malam setelah dua tahun berhenti karena pandemi. Festival ini mirip dengan festival lampion pada umumnya.
Di mana banyak anak-anak desa dari masing-masing RT membawa lampion bebarengan. Mereka kemudian berjalan menuju satu tanah lapang dan memamerkannya lampionnya di sana.
Yang menjadi unik, adalah bentuk dari lampion-lampion tersebut. Di mana mereka membuat lampion dengan bentuk aneka kendaraan.
Baca: Tradisi Baratan di Jepara Lekat dengan Tapa Wuda Ratu Kalinyamat, Seperti Apa?Ada yang berbentuk bus, truk, bahkan helikopter dan kapal. Mereka cat sesuai kreatifitas mereka dan memberikan lampu neon kecil aneka warna sebagai sentuhan akhirnya.
Mereka kemudian menariknya dengan tali rafia sepanjang jalan seperti pawai kendaraan menuju lapangan balai desa.
Sesampainya di sana, mereka memarkirkan lampionnya tersebut dalam satu lokasi untuk dilombakan. Dewan juri, kemudian menilai satu persatu. Di mana yang menang akan mendapatkan uang pembinaan dan piala.
Ketua Karang Taruna Desa Sidorekso Kudus Siswanto menjelaskan, Baratan sendiri bisa diartikan bermain di bawah sinar rembulan dengan keberkahan dari Yang Maha Kuasa.”Karena inilah dilakukan di malam Nisfu Syaban yang juga seiring dengan padang bulan, atau bulan purnama, anak-anak bisa bermain di sini dengan lampion-lampionnya dan menunggu penilaiannya,” ucapnya Selasa malam.
Baca: Cerita Para Nelayan Jepara: Menantang Maut di Musim BaratanDia menambahkan, sebelum lampion-lampion tersebut diarak ke balai desa, masyarakat Sidorekso akan membaca doa yasin bersama-sama terlebih dahulu. Selepas itu, barulah mereka mulai berbondong-bondong mengarak lampionnya.Kepala Desa Sidorekso Kudus Mochammad Arifin menuturkan, tradisi ini pertama kali digelar pada tahun 2014 silam. Budaya baratan sendiri sebenarnya berkiblat dari Kabupaten Jepara. Namun seiring berkembangnya era, budaya baratan di Sidorekso memiliki ciri khasnya tersendiri.”Harapannya memang ini semakin bisa diuri-uri, semakin bisa dimeriahkan. Sebenarnya ini masih kurang meriah, biasanya lebih meriah lagi,” pungkasnya.https://youtu.be/vbfOMAav8AYReporter: Anggara JiwandhanaEditor: Ali Muntoha
Murianews, Kudus – Malam Nifsyu Syaban bagi umat muslim merupakan satu malam yang istimewa karena semua amalan dalam hidup, dilaporkan pada Tuhan yang Maha Esa. Doa-doa seperti bacaan Yasin hingga doa Nisfu Syaban pun dilantunkan pada malam ini.
Tak jarang, ada berbagai tradisi khas daerah yang turut serta digelar untuk memperingati malam yang istimewa tersebut. Seperti Festival Baratan yang digelar oleh warga Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Tradisi ini digelar kembali pada Selasa (7/3/2023) malam setelah dua tahun berhenti karena pandemi. Festival ini mirip dengan festival lampion pada umumnya.
Di mana banyak anak-anak desa dari masing-masing RT membawa lampion bebarengan. Mereka kemudian berjalan menuju satu tanah lapang dan memamerkannya lampionnya di sana.
Yang menjadi unik, adalah bentuk dari lampion-lampion tersebut. Di mana mereka membuat lampion dengan bentuk aneka kendaraan.
Baca: Tradisi Baratan di Jepara Lekat dengan Tapa Wuda Ratu Kalinyamat, Seperti Apa?
Ada yang berbentuk bus, truk, bahkan helikopter dan kapal. Mereka cat sesuai kreatifitas mereka dan memberikan lampu neon kecil aneka warna sebagai sentuhan akhirnya.
Mereka kemudian menariknya dengan tali rafia sepanjang jalan seperti pawai kendaraan menuju lapangan balai desa.
Sesampainya di sana, mereka memarkirkan lampionnya tersebut dalam satu lokasi untuk dilombakan. Dewan juri, kemudian menilai satu persatu. Di mana yang menang akan mendapatkan uang pembinaan dan piala.
Ketua Karang Taruna Desa Sidorekso Kudus Siswanto menjelaskan, Baratan sendiri bisa diartikan bermain di bawah sinar rembulan dengan keberkahan dari Yang Maha Kuasa.
”Karena inilah dilakukan di malam Nisfu Syaban yang juga seiring dengan padang bulan, atau bulan purnama, anak-anak bisa bermain di sini dengan lampion-lampionnya dan menunggu penilaiannya,” ucapnya Selasa malam.
Baca: Cerita Para Nelayan Jepara: Menantang Maut di Musim Baratan
Dia menambahkan, sebelum lampion-lampion tersebut diarak ke balai desa, masyarakat Sidorekso akan membaca doa yasin bersama-sama terlebih dahulu. Selepas itu, barulah mereka mulai berbondong-bondong mengarak lampionnya.
Kepala Desa Sidorekso Kudus Mochammad Arifin menuturkan, tradisi ini pertama kali digelar pada tahun 2014 silam. Budaya baratan sendiri sebenarnya berkiblat dari Kabupaten Jepara. Namun seiring berkembangnya era, budaya baratan di Sidorekso memiliki ciri khasnya tersendiri.
”Harapannya memang ini semakin bisa diuri-uri, semakin bisa dimeriahkan. Sebenarnya ini masih kurang meriah, biasanya lebih meriah lagi,” pungkasnya.
https://youtu.be/vbfOMAav8AY
Reporter: Anggara Jiwandhana
Editor: Ali Muntoha