Rabu, 19 November 2025


Hingga pekan kedua Ramadan ini, per harinya mereka bisa menghasilkan lebih dari 480 toples  kue lebaran aneka jenis. Dengan berat per toplesnya mencapai 250 gram. Jumlah tersebut naik dibanding awal produksi yang dilakukan satu bulan sebelum Ramadan.

Pemiliknya, Arif Nur Habibi mengungkapkan, produksi kuenya kini mulai banjir pesanan meskipun permintaannya tidak sepadat tahun kemarin. Sebanyak 20 orang lebih pekerja pun dikerahkan untuk memenuhi permintaan tersebut.

Arief sendiri memproduksi kue kering tanpa merek untuk kemudian bisa diberi merek para agennya. Adapun kue yang diproduksi adalah kue nastar, kue kastengel, hingga putri salju. Dia, hanya memproduksi kue kering ini saat bulan Ramadan saja.

”Iya ini memang mulai naik meskipun gregetnya lebih greget tahun kemarin,” katanya di sela produksi di rumah produksinya di Purwosari, Senin (3/4/2023).

Baca: Kenaikan Harga Telur Pengaruhi Permintaan Kue Lebaran di Kudus 

Satu toples kue kering, ia jual dengan harga Rp 14 ribu hingga Rp 15 ribu tergantung banyaknya pembelian. Sementara cakupan pendistribusian kuenya, berada di Karisidenan Pati dan sekitarnya.”Karena bahan bakunya naik, harganya juga ikut naik, ini yang kemudian membuat permintaan itu tidak lancar dibanding tahun kemarin,” ujarnya.Meski begitu, dia menjamin kue-kue yang dia produksi sangat fresh dan dibuat dari bahan-bahan yang fresh juga. Mengingat dia lebih mengutamakan rasa ketimbang harus menekan biaya produksi untuk bahan baku yang jelek.”Saya bergelut di usaha ini sudah hampir 13 tahun, sehingga saya ingin mempertahankan rasa dan kualitas kuenya,” pungkasnya. Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler