Meski Pakai Zonasi, Sejumlah SMP di Jepara Ini Tetap Kekurangan Siswa
Budi Santoso
Selasa, 25 Juni 2019 17:35:47
Tak hanya banyak calon siswa yang kehilangan kesempatan melanjutkan pendidikan di skeolah negeri karena faktor jarak, tetapi ada sekolah di Jepara yang tetap kekurangan siswa. Padahal tujuan awal diterapkan sistem ini untuk pemerataan.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Jepara, Agus Tri Harjono mengakui tentang hal ini. Pihaknya dalam hal ini akan mencatat semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan PPDB SD dan SMP dengan sistem zonasi ini. Nantinya akan dijadikan sebagai bahan evaluasi sehingga bisa dilakukan perbaikan.
Sistem zonasi di satu sisi membuat masyarakat bisa mendapatkan sekolah yang terletak di dekat tempat tinggalnya untuk anak-anak mereka. Sekolah-sekolah yang ada juga mendapatkan siswa dengan lebih merata jumlahnya. Namun dalam kasus tertentu, sistem ini juga menimbulkan masalah.
“Ya memang harus diakui ada dampak positif dan negatifnya. Semuanya akan kami evaluasi tentu saja. Sehingga selanjutnya nanti akan bisa dilakukan perbaikan,” ujar Agus Tri Harjono, Selasa (26/6/2019).
Sistem zonasi yang diharapkan bisa membuat pemerataan terhadap jumlah di masing-masing siswa, ternyata juga belum sepenuhnya berhasil. Di beberapa sekolah SMP, khususnya yang berada di pinggiran, jumlah siswa yang mendaftar juga sedikit.
Baca: Dampak Zonasi, Banyak Calon Siswa SMP di Mlonggo Terpaksa Sekolah di Swasta
Agus Tri Harjono menyebut ada beberapa SMP di Jepara yang tetap masih kesulitan mendapatkan murid baru. Hal itu dikarenakan letaknya memang berada di wilayah pinggiran dan masyarakatnya sedikit.“Misalnya saja di SMP 4 Kembang dan SMP 3 Nalumsari. Mungkin karena lokasinya di pinggiran, dan jumlah warga di sekitarnya sedikit, akhirnya tetap tidak mendapatkan murid seperti yang diharapkan. Semua ini tentu tetap akan kami jadikan catatan,” tambah Agus Tri Harjono.Satu hal yang ditekankan adalah semua anak harus bisa bersekolah. Sejauh ini rasio kelulusan SD masih imbang dengan daya tampung yang ada di SMP.Untuk lulusan SD diperkirakan mencapai 15 ribu-an anak. Sementara daya tampung SMP mencapai 10 ribuan. Ditambah sekolah-sekolah swasta yang ada dan adanya perpindahan ke luar daerah, daya tampungnya masih memenuhi. Reporter: Budi ErjeEditor: Ali Muntoha
MURIANEWS.com, Jepara – Penerapan sistem zonasi dalam Penerimaan Siswa Didik Baru (PPDB) untuk SMP dan SD di Kabupaten Jepara, diakui memiliki dampak ganda. Penerapan sistem ini ada yang berdampak positif namun juga ada yang negatif.
Tak hanya banyak calon siswa yang kehilangan kesempatan melanjutkan pendidikan di skeolah negeri karena faktor jarak, tetapi ada sekolah di Jepara yang tetap kekurangan siswa. Padahal tujuan awal diterapkan sistem ini untuk pemerataan.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Jepara, Agus Tri Harjono mengakui tentang hal ini. Pihaknya dalam hal ini akan mencatat semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan PPDB SD dan SMP dengan sistem zonasi ini. Nantinya akan dijadikan sebagai bahan evaluasi sehingga bisa dilakukan perbaikan.
Sistem zonasi di satu sisi membuat masyarakat bisa mendapatkan sekolah yang terletak di dekat tempat tinggalnya untuk anak-anak mereka. Sekolah-sekolah yang ada juga mendapatkan siswa dengan lebih merata jumlahnya. Namun dalam kasus tertentu, sistem ini juga menimbulkan masalah.
“Ya memang harus diakui ada dampak positif dan negatifnya. Semuanya akan kami evaluasi tentu saja. Sehingga selanjutnya nanti akan bisa dilakukan perbaikan,” ujar Agus Tri Harjono, Selasa (26/6/2019).
Sistem zonasi yang diharapkan bisa membuat pemerataan terhadap jumlah di masing-masing siswa, ternyata juga belum sepenuhnya berhasil. Di beberapa sekolah SMP, khususnya yang berada di pinggiran, jumlah siswa yang mendaftar juga sedikit.
Baca: Dampak Zonasi, Banyak Calon Siswa SMP di Mlonggo Terpaksa Sekolah di Swasta
Agus Tri Harjono menyebut ada beberapa SMP di Jepara yang tetap masih kesulitan mendapatkan murid baru. Hal itu dikarenakan letaknya memang berada di wilayah pinggiran dan masyarakatnya sedikit.
“Misalnya saja di SMP 4 Kembang dan SMP 3 Nalumsari. Mungkin karena lokasinya di pinggiran, dan jumlah warga di sekitarnya sedikit, akhirnya tetap tidak mendapatkan murid seperti yang diharapkan. Semua ini tentu tetap akan kami jadikan catatan,” tambah Agus Tri Harjono.
Satu hal yang ditekankan adalah semua anak harus bisa bersekolah. Sejauh ini rasio kelulusan SD masih imbang dengan daya tampung yang ada di SMP.
Untuk lulusan SD diperkirakan mencapai 15 ribu-an anak. Sementara daya tampung SMP mencapai 10 ribuan. Ditambah sekolah-sekolah swasta yang ada dan adanya perpindahan ke luar daerah, daya tampungnya masih memenuhi.
Reporter: Budi Erje
Editor: Ali Muntoha