Rabu, 19 November 2025


Saat ini ada sekitar 60 peternak kerbau di Guwosobokerto. Mereka memiliki tidak kurang 450 ekor kerbau.

Kandang ternak mereka, selama ini berjejer rapi di pinggiran Kali Bum, yang mengalir di pinggir desa. Kawasan ini berjarak sekitar 1 km dari desa. Sehingga keberadaan ternak mereka tidak menimbulkan masalah di pemukiman.

Menjelang Idul Adha, kawasan ternak kerbau Guwosobokerto mendadak menjadi pusat perhatian. Dari kawasan inilah, banyak orang yang datang untuk membeli ternak kerbau sebagai bagian ritual dari Idul Adha.

Menurut Kahar, salah seorang peternak kerbau, desanya memang sudah dikenal sebagai pusatnya kerbau di Jepara. Sebelum tahun 1990, kerbau-kerbau memang dipelihara di dekat rumah warga. Karena menimbulkan masalah, akhirnya kandang-kandang dipindahkan ke pinggir Kali Bum.

“Kotoran dan bau kandang menimbulkan masalah di permukiman. Akhirnya ada satu dua orang yang membangun kandang di pinggir kali. Kemudian memberi ide bagi semua orang yang memelihara kerbau, untuk memindah kandangnya,” ujar Kahar, Kamis (25/7/2019).

Kandang-kandang yang letaknya jauh dari pemukiman ini memberi solusi soal gangguan masalah kandang di pemukiman.

Namun konsekuensinya, warga harus menjaga ternaknya di kandang yang terpisah dari pemukiman itu. Lambat laun, akhirnya ada warga yang ditunjuk untuk menjadi petugas pemelihara dan pengawas kandang.

Dari Kelompok Peternak Makmur, Mursalin, menyebut dari kandang-kandang yang terpisah letaknya tersebut munculah istilah ‘Hotel Kebo’. Istilah ini muncul karena banyak pembeli yang kemudian menitipkan kerbau-kerbau mereka di kandang-kandang tersebut.
Dari Kelompok Peternak Makmur, Mursalin, menyebut dari kandang-kandang yang terpisah letaknya tersebut munculah istilah ‘Hotel Kebo’. Istilah ini muncul karena banyak pembeli yang kemudian menitipkan kerbau-kerbau mereka di kandang-kandang tersebut.Menjelang Idul Adha, banyak pembeli yang menyelesaikan transaksi jauh-jauh hari sebelum hari H. Karena merasa tidak mampu memelihara, akhirnya para pembeli menitipkan kerbaunya di kandang-kandang yang ada. Dari sinilah muncul istilah Hotel Kebo, hingga saat ini.“Karena titip dan minta diurusi, ya para pembeli kerbau tadi juga harus membayar biaya pemeliharaan kerbau. Biasanya biayanya mencapai Rp 400 ribu-500 ribu sebulan. Saat Idul Adha baru diambil pemiliknya,” ujar Mursalin.Baca: Harga Kerbau Kurban di Sentra Guwosobokerto Jepara Mulai Rp 17 JutaanBiaya yang ditarik oleh pengelola Hotel Kebo tersebut menurut Mursalin digunakan untuk biaya makan dan pemeliharaan. Di Hotel Kebo, ternak kerbau yang tinggal akan mendapatkan perawatan prima. Selain mendapat cukup makan, juga dimandikan 4 kali dalam sehari.Biasanya pada pagi, siang, sore dan malam kerbau-kerbau penghuni Hotel Kebo, dibawa ke Kali Bum untuk dimandikan. Pada acara mandi malam hari, juga menjadi kesempatan bagi para kerbau untuk buang hajat. Sehingga kandang tetap terjaga kebersihannya. Reporter: Budi ErjeEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar