Jumat, 21 November 2025


Sikap mental seperti ini selalu ditanamkan pada siswa-siswi SLB (Sekolah Luar Biasa) Neger Jepara. Sehingga mereka selalu mendapatkan semangat dan kemampuan untuk bisa menghadapi kehidupan.

Salah satu kegiatan yang dilakukan di SLB Jepara adalah kegiatan keterampilan. Kegiatan ini menjadi salah satu yang menarik perhatian dari siswa. Keterampilan membuat wire bross atau aksesoris hiasan menggunakan kawat tembaga adalah salah satunya.

Wire bross, adalah jenis kerajinan yang memanfaatkan bahan kawat tembaga. Secara khusus kawat tembaga ini diuntai menjadi bentuk-bentuk yang indah, untuk digunakan sebagai asesoris penunjang fashion.

Bentuk akhirnya adalah menjadi bros, anting-anting, kalung dan gelang. Uniknya, di SLB Negeri Jepara, kegiatan ini biasa dikerjakan oleh siswa tuna wicara, dengan metode manual, tanpa bantuan mesin.

Noor Afifah (23), adalah tenaga pengajar khusus di SLB Jepara yang ditunjuk menjadi tenaga pengajar khusus untuk wire bross. Awalnya Noor Afifah merupakan siswi dari SLB Jepara. Kemampuannya dalam tekhnik wire bross yang mumpuni membuat dirinya direkrut menjadi staf pengajar di SLB Jepara.

Tahun ini, Noor Afifah hanya mengajarkan keterampilan ini kepada dua orang murid, yakni  Atik dan Lia, yang tidak lain adalah adik kelasnya sendiri. Dengan bahasa isyarat, karena mereka bertiga menderita tuna rungu-wicara, proses transfer skill ini berlangsung dengan luar biasa.

“Atik dan Lia cukup telaten dalam memilin tembaga, hingga dibentuk jadi perhiasan. Saya dulu perlu dua tahun untuk mempelajari tekhnik wire bross. Itu dimulai dari menyusun bahan tembaga, memintal dan berkreasi dengan bentuk yang diinginkan,” ujar Noor Afifah menggunakan bahasa isyarat, seperti diterjemahkan oleh Gina salah seorang pegajar SLB Jepara, Selasa (20/8/2019).Masih menurut Noor Afifah, ketelatenan dan kemampuan menjaga kerapian pilinan adalah hal yang utama dalam wire bross. Selama ini  kerajinan hasil karya difabel di SLB Jepara sudah banyak dilirik konsumen. Kualitas produk yang cukup bagus dan harga yang murah, menjadi sebabnya.Untuk sebuah bentuk bros, harganya hanya Rp 10 ribu yang berukuran biasa. Sedangkan yang besar kombinasi batu akrilik harganya mencapai Rp 50 ribu. Sementara untuk jenis kalung tembaga, harganya bisa mencapai Rp 200 ribu.“Kendalanya ya masalah pasar untuk produk ini. Belum bisa dijual secara luas. Biasanya hanya lewat pameran atau even terbatas. Di luar itu keterbatasan perajin juga menjadi ganjalan produksi. Karena, hingga kini pelajar yang telaten mengerjakan kerajinan ini hanya dua orang, dan seorang pengajar,” ujar Noor Afifah. Reporter: Budi ErjeEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler