Rabu, 19 November 2025


Sebanyak 233 santri dan santriwati, berlomba untuk membaca dan memahami isi kandungan kitab arab gundul yang sudah mereka dapatkan selama belajar di pondok pesantren. Kegiatan ini dibagi menjadi tiga tingkatan, ula (setingkat SD/MI), wustha (setingkat SMP/MTS) dan ulya (setingkat SMA/SMK dan MA).

Untuk tingkat dasar atau ula dilombakan cabang tarikh dan nahwu. Sedangkan untuk wustha, yaitu fiqih, tafsir, ushul fiqh dan nahwu.

Sementara di tingkat ulya, dilombakan cabang hadist, fiqih, nahwu, dan akhlak. Semua dilakukan secara terpisah di beberapa tempat seperti, Musala Al Abidin, Serambi Masjid Agung, hingga Aula OPD Bersama.

Asisten III Setda Jepara Fadkurrozi mengatakan, kegiatan ini untuk mendorong serta meningkatakan kecintaan para santri terhadap Kitab Kuning. Dikatakannya, tantangan santri di era digital cukup berat. Untuk itu, perlu adanya pegangan, seperti Kitab Kuning.

“Teknologi informasi hanya sebagai alat, sebagai wasilah, maka harus digunakan sesuai konteknya agar bermanfaat secara maksimal. Peganggannya agar tidak salah ya paham kitab kuning,” kata Fadkhurrozi.

Menurutnya, gerakan cinta Kitab Kuning ini juga penting dilakukan. Tujuannya, adalah agar santri-santri mulai memasyarakatkan ilmu-ilmu dari khazanah kitab kuning untuk menjawab beberapa persoalan kontemporer.
Menurutnya, gerakan cinta Kitab Kuning ini juga penting dilakukan. Tujuannya, adalah agar santri-santri mulai memasyarakatkan ilmu-ilmu dari khazanah kitab kuning untuk menjawab beberapa persoalan kontemporer.“Ulama-ulama kita zaman dahulu sudah membahas persoalan tersebut dengan komprehensif,” tambahnya.Kitab kuning adalah sumber pengetahuan keislaman yang sangat vital. Namun, selama ini akses dan kemampuan untuk membaca dan memahami hanya dimiliki sebagian kecil santri.Kemampuan itu hanya dimiliki santri-santri yang menguasai ilmu tata Bahasa Arab (nahwu sharaf) yang mumpuni dan belajar belasan tahun di pondok pesantren. Reporter: Budi ErjeEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar