Sejak pembangunan PLTU dilakukan di Tanjung Jati, Desa Tubanan, Kecamatan Kembang, Jepara, perekonomian di kawasan ini meningkat. Dari limbah
yang ada, perputaran modal untuk komiditas ini sangat tinggi.
Tidak heran jika banyak pihak akhirnya mencoba peruntungan untuk bisa mendapatkan limbah yang bernilai ekonomis menggiurkan ini.
Tidak mengherankan, jika akhirnya banyak persoalan yang kemudian muncul sebagai dampak persaingan untuk mendapatkan besi tua ini. Tidak hanya tokoh lokal, namun disinyalir ada juga oknum pejabat atau penguasa yang ikut-ikutan bermain. Dampaknya terkadang menimbulkan gesekan di masyarakat sekitar.
Kapolres Jepara AKBP Arif Budiman, membenarkan hal itu. Pihaknya beberapa kali sudah harus memediasi terkait dalam masalah ini. Mediasi ini mempertemukan pihak-pihak yang berkepentingan, untuk menekan konflik.
ini memang berpotensi menimbulkan polemik dan bahkan konflik. Ada banyak kepentingan di sini. Kami sebenarnya hanya bertindak didasarkan pada sudut keamanan saja. Karena itu sudah beberapa kali kami memediasi bertemunya pihak-pihak itu,” ujar AKBP Arif Budiman, Senin (18/11/2019).
Mediasi dan fasilitasi dilakukan Polres Jepara, mempertemukan sub kontraktor pemilik limbah dengan masyarakat yang menginginkannya. Konsepnya adalah menghindari adanya praktik premanisme dalam kegiatan pemanfaatan limbah
ini memang masih menjadi milik para sub kontraktor yang mengerjakan pekerjaan. Ada banyak sub kontraktor dalam hal ini, dan mereka sebenarnya sudah beretikad baik agar limbah tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.“Saya sampaikan, silahkan dibicarakan dengan baik tanpa saling mencurigai. Polres tidak mau soal ini menimbulkan polemik atau malah konflik. Hanya itu,” tambahnya. Reporter: Budi ErjeEditor: Ali Muntoha
MURIANEWS.com, Jepara - Limbah
scrab (besi bekas) dari Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati 5-6 Jepara (PLTU Jawa 4), menjadi rebutan. Karena nilai ekonomisnya tinggi, banyak pihak yang ikut terjun dalam bisnis ini.
Sejak pembangunan PLTU dilakukan di Tanjung Jati, Desa Tubanan, Kecamatan Kembang, Jepara, perekonomian di kawasan ini meningkat. Dari limbah
scrab yang ada, perputaran modal untuk komiditas ini sangat tinggi.
Tidak heran jika banyak pihak akhirnya mencoba peruntungan untuk bisa mendapatkan limbah yang bernilai ekonomis menggiurkan ini.
Tidak mengherankan, jika akhirnya banyak persoalan yang kemudian muncul sebagai dampak persaingan untuk mendapatkan besi tua ini. Tidak hanya tokoh lokal, namun disinyalir ada juga oknum pejabat atau penguasa yang ikut-ikutan bermain. Dampaknya terkadang menimbulkan gesekan di masyarakat sekitar.
Kapolres Jepara AKBP Arif Budiman, membenarkan hal itu. Pihaknya beberapa kali sudah harus memediasi terkait dalam masalah ini. Mediasi ini mempertemukan pihak-pihak yang berkepentingan, untuk menekan konflik.
“Soal limbah
scrab ini memang berpotensi menimbulkan polemik dan bahkan konflik. Ada banyak kepentingan di sini. Kami sebenarnya hanya bertindak didasarkan pada sudut keamanan saja. Karena itu sudah beberapa kali kami memediasi bertemunya pihak-pihak itu,” ujar AKBP Arif Budiman, Senin (18/11/2019).
Baca: Kadernya Dituduh Nipu Bisnis Besi Tua PLTU, Nasdem Jepara Sebut Itu Fitnah
Mediasi dan fasilitasi dilakukan Polres Jepara, mempertemukan sub kontraktor pemilik limbah dengan masyarakat yang menginginkannya. Konsepnya adalah menghindari adanya praktik premanisme dalam kegiatan pemanfaatan limbah
scrab ini.
Secara hukum, limbah
scrab ini memang masih menjadi milik para sub kontraktor yang mengerjakan pekerjaan. Ada banyak sub kontraktor dalam hal ini, dan mereka sebenarnya sudah beretikad baik agar limbah tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Saya sampaikan, silahkan dibicarakan dengan baik tanpa saling mencurigai. Polres tidak mau soal ini menimbulkan polemik atau malah konflik. Hanya itu,” tambahnya.
Reporter: Budi Erje
Editor: Ali Muntoha