Kamis, 20 November 2025


Sejumlah tokoh garam Jepara, Selasa (5/5/2020) mendatangi kantor Bupati Jepara, dan menyampaikan permasalahan yang mereka hadapi kepada Bupati Jepara.

Abdul Lafiq, Ketua Kelompok Usaha Garam Rakyat (Kugar) Tirta Petani, Panggung, Kedung, Jepara menyatakan, para petani butuh harga yang terbentuk minimal sebesar Rp 380 /kg, untuk bisa menyelamatkan usaha mereka.

Jika harga yang terbetuk dibawah angka tersebut, bisa dipastikan para petani akan mengalami kerugian.

”Dengan harga Rp 380/kg para petani baru bisa impas saja. Namun jika di bawah itu, maka dipastikan hari-hari buruk harus dijalani para petani. Kami datang ke Bupati ini berharap ada kebijakan agar bisa sedikit tertolong,” ujar Abdul Lafiq, Selasa (5/5/2020).

Kebijakan import garam yang diterapkan pemerintah lagi-lagi dituding menjadi penyebab masalah ini terjadi. Banyaknya garam import yang membanjiri pasaran garam nasional membuat harga garam petani saat ini merosot.

[caption id="attachment_181073" align="aligncenter" width="1280"] Beberapa pekerja mengemasi garam untuk dijual ke pasaran. (MURIANEWS/Cholis Anwar)[/caption]

Sampai saat ini harga yang terjadi hanya mencapai Rp 200 hingga Rp 250 setiap kilogramnya.

Pihaknya meyakini, meningkatnya pasokan garam impor sebesar 2,9 juta ton pada tahun ini, kian memaksa para petani tidak bisa menjual hasil produksinya.

Selain itu, sebanyak 80 persen sisa stok hasil produksi tahun lalu, kembali terancam turun kualitas seiring rendahnya penyerapan.”Situasi yang terjadi jika ini tidak ada upaya dari pemerintah, maka harga jual di tingkat petani lokal akan kian terjatuh. Saat ini, dengan harga jual Rp 250 lalu dikali produksi 110 ton, maka hasilnya masih menempatkan para petani garam merugi sekitar Rp14 juta lebih,” tambah Abdul Lafiq.Kugar Tirta Petani Panggung, saat ini memiliki sekitar lima ratus angota. Mereka tersebar di enam desa, yakni Tanggultlare, Bulakbaru, Panggung, Surodadi, Kalianyar, dan Kedungmalang.Saat ini para petani itu mengelola tambak garam seluas sekitar 720 hektare. Untuk modal per hektare, membutuhkan dana sedikitnya Rp 41,8 juta. Dengan asumsi musim garam lima bulan mampu memproduksi 110 ton garam, dengan biaya produksi per kilonya Rp 380.Sementara itu, Asisten II Sekda Jepara Mulyaji menyatakan keprihatinannya atas hal ini. Namun pihaknya juga tidak bisa berbuat banyak ihwal impor garam. Alternatif mengembalikan garam ke dalam barang kebutuhan pokok, prosesnya juga tinggal menunggu Perpres.”Kami akan usulkan kepada pemerintah pusat agar mengurangi impor garam. Sembari menunggu Pemkab Jepara akan menyampaikan bantuan karpet geomembran bagi sebagian kelompok petani gara,” ujar Mulayaji, Selasa (5/5/2020). Reporter: Budi ErjeEditor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler