Legi Saputro (67) warga Desa Langenharjo mengaku tidak bisa membayangkan banyaknya jumlah nyamuk yang setiap malam menyarang warga. Padahal, berbgai macam cara, mulai dari penyemprotan menggunakan foging, penggunaan obat nyamuk bakar hingga lotion anti nyamuk. Akan tetapi, tetap saja tidak merubah suasana.
”Menjelang maghrib, warga pasti sudah siap siaga untuk menyiapkan obat nyamuk bakar atau apapun itu untuk mengusir nyamuk. Tetapi selalu tidak bisa, karena jumlahnya terlalu banyak,” ungkapnya, Jumat (13/7/2018).
Dia mengaku adanya wabah nyamuk tersebut sudah lama terjadi. Hanya, baru beberapa bulan ini yang jumlahnya sangat banyak. Padahal, saat ini adalah musim kemrau, yang notabene seharusnya tidak ada nyamuk.
”Saya pernah mencoba mengolesi bamboo dengan oli motor, kemudian saya ayunkan agar mengenai nyamuk. Sekali ayunan, jumlah nyamuk yang nempel di oli tersebut sangat banyak. Dua kali ayunan, jumlahnya tambah banyak lagi,” ceritanya.Dia juga mengaku, sudah banyak warga yang menderita demam berdarah lantaran adanya wabah nyamuk tersebut. Bahkan, sudah ada yang sampai di bawa ke rumah sakit untuk dilakukan pengobatan.Sementara pada saat musim hujan, nyamuk justru tidak ada. Kalaupun ada, itu hanya sedikit dan tidak sampai menyebabkan penyakit.Disinyalir, terjadinya wabah nyamuk tersebut lantaran adanya limbah darah dari usaha pemotongan sapi yang ada di desa sebelah, yang mengalir di sungai yang membentang di Desa Langenharjo tersebut. Ditambah lagi dengan banyaknya sampah yang menumpuk, sehingga nyamuk mudah berkembang biak.
Murianews, Pati - Apabila banyak nyamuk pada saat musim hujan, tentu itu merupakan hal yang biasa. Tetapi berbeda dengan wabah nyamuk yang ada di Desa Langenharjo, Kecamatan Margorejo, Pati ini. Setiap menjelang maghrib, wabah nyamuk mulai menyerang warga sekitar. Bahkan, sebagian warga mengaku tidak tidak bisa tidur lantaran banyaknya nyamuk tersebut.
Legi Saputro (67) warga Desa Langenharjo mengaku tidak bisa membayangkan banyaknya jumlah nyamuk yang setiap malam menyarang warga. Padahal, berbgai macam cara, mulai dari penyemprotan menggunakan foging, penggunaan obat nyamuk bakar hingga lotion anti nyamuk. Akan tetapi, tetap saja tidak merubah suasana.
”Menjelang maghrib, warga pasti sudah siap siaga untuk menyiapkan obat nyamuk bakar atau apapun itu untuk mengusir nyamuk. Tetapi selalu tidak bisa, karena jumlahnya terlalu banyak,” ungkapnya, Jumat (13/7/2018).
Baca Juga: Dibuang ke Sungai, Limbah Darah Sapi Resahkan Warga Langenharjo Pati
Dia mengaku adanya wabah nyamuk tersebut sudah lama terjadi. Hanya, baru beberapa bulan ini yang jumlahnya sangat banyak. Padahal, saat ini adalah musim kemrau, yang notabene seharusnya tidak ada nyamuk.
”Saya pernah mencoba mengolesi bamboo dengan oli motor, kemudian saya ayunkan agar mengenai nyamuk. Sekali ayunan, jumlah nyamuk yang nempel di oli tersebut sangat banyak. Dua kali ayunan, jumlahnya tambah banyak lagi,” ceritanya.
Dia juga mengaku, sudah banyak warga yang menderita demam berdarah lantaran adanya wabah nyamuk tersebut. Bahkan, sudah ada yang sampai di bawa ke rumah sakit untuk dilakukan pengobatan.
Sementara pada saat musim hujan, nyamuk justru tidak ada. Kalaupun ada, itu hanya sedikit dan tidak sampai menyebabkan penyakit.
Disinyalir, terjadinya wabah nyamuk tersebut lantaran adanya limbah darah dari usaha pemotongan sapi yang ada di desa sebelah, yang mengalir di sungai yang membentang di Desa Langenharjo tersebut. Ditambah lagi dengan banyaknya sampah yang menumpuk, sehingga nyamuk mudah berkembang biak.
Editor: Supriyadi