Tak Miliki Pemecah Gelombang, Wilayah Pesisir Pati Dihantui Abrasi
Cholis Anwar
Rabu, 25 Juli 2018 12:38:52
Meskipun udah ada tanaman mangrove di sepanjang bibir Pantai Pati, tetapi dirasa itu tidak cukup. Mengingat, kondisi mangrove saat ini juga tidak terawat dan usianya masih terlampau dini untuk mencegah abrasi.
Mau tidak mau, warga yang berada di dekat laut, berusaha untuk membuat pemecah gelombang tradisional dengan menggunakan bambu. Hanya, upaya ini pun tidak bisa berlangsung lama, tetapi untuk mengantisipasi gelombang tinggi yang sedang terjadi.
Sutrimo (44) warga Dukuh Sumurtuwo RT 06 RW 04 Desa Kemban, Kecamatan Dukuhseti mengatakan, solusi yang paling tepat menangani abrasi saat ini adalah dengan membuat pemecah gelombang dengan menggunakan bambu.
Yaitu dengan menanam atau menancapkan tiang dari bambu di laut. Tiang tersebut kemudian ditancapkan dengan jarak beberapa meter dari daratan.
“Jadi tidak perlu dengan beton, cukup dengan tiang dari batang bambu. Setidaknya tadi kami mengumpulkan sekitar 600 batang bambu untuk pemecah gelombang ini. Yang penting tertancap kuat dan membujur ke garis pantai sejauh 150 meter. Setelah tertancap barulah diberi waring atau jaring agar bangunan lebih kuat,” terangnya, Rabu (25/7/2018).Dia menilai, area laut yang tidak memiliki tanggul, setiap tahun mengalami penciutaan lahan, lantaran abrasi pantai. Bahkan, beberapa tambak ikan yang ada di lokasi paling dekat dengan bibir pantai, dipastikan hilang apabia musim baratan.“Kalau hanya mengandalkan tanaman mangrove saja tidak cukup. Maka dari itu, kami membuat sendiri pemecah gelombang dengan menggunakan bambu. Setidaknya itu bisa menghalau air laut agar tidak keluar ke daratan,” tandasnya.
Editor: Supriyadi
Murianews, Pati - Sejumlah desa yang berada di dekat laut, mulai waspada terhadap abrasi pantai. Mengingat, gelombang tingi yang terjadi beberapa hari terakhir, setidaknya membuat masyarakat was-was. Apalagi, di wilayah Laut Pati belum ada pemecah gelombang yang secara efektif dapat mencegah abrasi tersebut.
Meskipun udah ada tanaman mangrove di sepanjang bibir Pantai Pati, tetapi dirasa itu tidak cukup. Mengingat, kondisi mangrove saat ini juga tidak terawat dan usianya masih terlampau dini untuk mencegah abrasi.
Mau tidak mau, warga yang berada di dekat laut, berusaha untuk membuat pemecah gelombang tradisional dengan menggunakan bambu. Hanya, upaya ini pun tidak bisa berlangsung lama, tetapi untuk mengantisipasi gelombang tinggi yang sedang terjadi.
Sutrimo (44) warga Dukuh Sumurtuwo RT 06 RW 04 Desa Kemban, Kecamatan Dukuhseti mengatakan, solusi yang paling tepat menangani abrasi saat ini adalah dengan membuat pemecah gelombang dengan menggunakan bambu.
Yaitu dengan menanam atau menancapkan tiang dari bambu di laut. Tiang tersebut kemudian ditancapkan dengan jarak beberapa meter dari daratan.
“Jadi tidak perlu dengan beton, cukup dengan tiang dari batang bambu. Setidaknya tadi kami mengumpulkan sekitar 600 batang bambu untuk pemecah gelombang ini. Yang penting tertancap kuat dan membujur ke garis pantai sejauh 150 meter. Setelah tertancap barulah diberi waring atau jaring agar bangunan lebih kuat,” terangnya, Rabu (25/7/2018).
Dia menilai, area laut yang tidak memiliki tanggul, setiap tahun mengalami penciutaan lahan, lantaran abrasi pantai. Bahkan, beberapa tambak ikan yang ada di lokasi paling dekat dengan bibir pantai, dipastikan hilang apabia musim baratan.
“Kalau hanya mengandalkan tanaman mangrove saja tidak cukup. Maka dari itu, kami membuat sendiri pemecah gelombang dengan menggunakan bambu. Setidaknya itu bisa menghalau air laut agar tidak keluar ke daratan,” tandasnya.
Editor: Supriyadi