Rabu, 19 November 2025


PJ Kepala Desa (Kades) Dadirejo Sularso mengatakan, banyaknya wabah nyamuk tersebut karena adanya limbah industri tahu dan jagal sapi yang dibuang di sungai. Sementara pada musim kemarau, limbah tidak bisa mengalir dan mengendap di cekungan sungai. Sehingga, limbah semakin banyak dan menjadi sarang nyamuk.

“Penyumbang limbah terbesar di sungai itu memang industri rumahan yang ada di desa kami sendiri,” jelasnya, Kamis (26/7/2018).

Dia mengaku, di desa tersebut ada lima industri potong sapi, 12 industri tahu dan satu industri pengolahan lulang. Sementara semua limbahnya dibuang di sungai yang membentang di tengah Desa Dadirejo. Lebih dari itu, dampaknya juga sampai ke desa tetangga, yakni Langenharjo.

“Berbagai upaya sudah kami lakukan, termasuk fogging maupun pengerukan kali yang ada di sebelah utara. Tetapi wabah nyamuk tetap saja ada dan malah bertambah banyak,” imbuhnya.

[caption id="attachment_146066" align="aligncenter" width="715"] Salah seorang warga melintas di bawah tulisan “Desa Wisata Sejuta Nyamuk” di Desa Dadirejo, kecamatan Margorejo. (MuriaNewsCom/Cholis Anwar)[/caption]
Untuk sementara, pihaknya dalam sepekan ini akan memanggil pelaku industri terkait untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Selain itu, dalam pertemuan  tersebut rencananya juga akan membahas mengenai solusi terbaik agar limbah industri tidak dibuang di sungai desa Dadirejo.“Semuanya masih dalam proses perencanaan. Sudah ada masukan dari teman-teman terkait solusi untuk mengatasi limbah ini. Tapi, kami masih perlu menggodok ulang,” papar Sularso.Dia juga menyoroti banyaknya sampah rumah tangga yang di buang di sungai tersebut. tetapi, menurutnya, itu tidak begitu berpengaruh terhadap banyaknya limbah nyamuk.“Kalau sampah itu  terlalu kecil. Tapi sumbangsih yang paling besar hingga menimbulkan banyaknya nyamuk memang karena limbah industri itu,” tutupnya.Editor : Supriyadi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler