Kamis, 20 November 2025


Ketua KWT Taman Bunga Murni Desa Pohijo Sulistyani mengatakan, ide mengolah sampah tersebut berawal dari keresahan akan banyaknya sampah yang tidak bermanfaat dan dibuang begitu saja di sembarang tempat. Padahal, sampah plastik itu sendiri kerap menyumbat di selokan maupun menimbulkan permasalahan lainnnya.

“Sampah plastik cukup banyak. Sedangkan sejumlah warga bingung mau diapakan. Kalau ditanam juga akan sulit terurai akhirnya banyak yang dibuang di sembarang tempat,”katanya.

Karena itulah dirinya berinisiatif untuk meminta warga mengumpulkan barang bekas dari plastik. Warga kemudian dilatih untuk mengolah sampah itu menjadi paving ataupun benda bermanfaat lainnnya seperti pot, talenan, dan patung.

“Kami sengaja mendatang pak Bambang Aris Munandar, warga Desa Sekarjalak yang telah menemukan caranya itu. Beliau berhasil memotivasi dan mengajak masyarakat berkembang,” ujarnya.
Apalagi, lanjutnya, caranya pun diakui cukup mudah. Untuk setiap paving hanya membutuhkan dua kilogram sampah berbahan plastik. Baik kantung plastik, gelas plastik bekas, botol, maupun apa saja yang berbahan plastic selain pralon.“Sampah plastik itu dipotong kecil-kecil kemudian digoreng hingga leleh. Setelah leleh kemudian dicampurkan abu gosok bekas pembakaran batu bata maupun untuk mencuci piring dan diaduk-aduk. Setelah rata tinggal dimasukkan dalam cetakannya. Tinggal didinginkan dan sudah jadi,” imbuhnya.Selain lebih ramah lingkungan, paving berbahan sampah plastic itupun dinilai memiliki sejumlah kelebihan lainnya. Seperti lebih keras, kuat, tidak licin dan tidak mudah terkena lumut. Namun jika pembuatan paving dinilai butuh waktu yang lama kedepan mereka berupaya untuk mengembangkan barang lainnya seperti pot dan talenan yang dibutuhkan kaum ibu.Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler