Bau Busuk, Limbah Pemotongan Ayam di Pandowan Pati Bikin Resah Warga
Cholis Anwar
Rabu, 26 September 2018 15:43:16
Berdasarkan informasi yang dihimpun, tempat pemotongan ayam tersebut sudah berdiri puluhan tahun di desa tersebut. Tentunya, bau busuk dari limbah tersebut juga dirasakan warga sejak lama. Bahkan, sebelumnya pemerintah desa juga sudah menegur pemilik, tetapi aktifitas pemotongan tetap berjalan.
Salah satu warga di belakang tempat pemotongan ayam, Aris (48), pabrik tersebut sudah pernah diprotes oleh warga. Bahkan pernah dimediasi oleh pemdes setempat. Namun tidak menemukan kesepakatan yang menguntungkan antara pengusaha dan warga.
“Usaha itu sudah berjalan sekitar 15 tahun. Awalnya kecil dan dimaklumi warga. Tapi lama kelamaan usahanya semakin besar,” ungkapnya, Rabu (26/9/2018)
Ia mengaku merasakan bau busuk yang menyengat dan lalat yang mewabah saat sore-malam hari. Terlebih ketika musim hujan, bau yang ditimbulkan lebih menyengat.
“Kami sebenarnya tidak menuntut macam-macam. Sebagai warga yang hidup bermasyarakat harus baik. Bagaimana lah solusinya supaya tetangga dekat tidak merasakan dampaknya,” tuturnya.Sementara itu warga lainnya Darminah, tidak hanya merasakan dampak bau tak sedap dan lalat. Air di dalam sumurnya berubah warna sehingga perempuan 70 tahun ini menyuruh anaknya memindahkan sumur ke lokasi yang berjauhan.Ketika dikonfirmasi, pemilik tempat pemotongan ayam Desa Pondowan, Tayu, Rumi mengaku usahanya tersebut sudah berizin. Namun ia tidak bisa menjelaskan secara gamblang izin apa yang sudah dikantongi. Sebab, usahanya itu berada di tengah pemukiman padat penduduk.“Usaha saya ada izinnya. Pekerjanya ada 30 warga Desa Pondowan. Kalau soal limbah, pasti ada yang pro dan kontra. Kami tidak bisa menghilangkannya, minimal bisa menguranginya dengan cara menjual bulu ayam ke perajin dan menjual limbah ayam ke peternak lele. Kami tidak memelihara ayam di dalam. Ayam kami dapat dari peternak. Setiap hari setelah dipotong habis diambil pedagang di pasar,” tutupnya.
Editor: Supriyadi
Murianews, Pati - Adanya tempat pemotongan ayam di tengah perkampungan Desa Pandowan, Kecamatan Tayu, ternyata banyak meresahkan warga, terutama limbah pembuangannya. Sebab, dari limbah itu menyebabkan bau busuk dan menimbulkan lalat saat sore hingga malam hari.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, tempat pemotongan ayam tersebut sudah berdiri puluhan tahun di desa tersebut. Tentunya, bau busuk dari limbah tersebut juga dirasakan warga sejak lama. Bahkan, sebelumnya pemerintah desa juga sudah menegur pemilik, tetapi aktifitas pemotongan tetap berjalan.
Salah satu warga di belakang tempat pemotongan ayam, Aris (48), pabrik tersebut sudah pernah diprotes oleh warga. Bahkan pernah dimediasi oleh pemdes setempat. Namun tidak menemukan kesepakatan yang menguntungkan antara pengusaha dan warga.
“Usaha itu sudah berjalan sekitar 15 tahun. Awalnya kecil dan dimaklumi warga. Tapi lama kelamaan usahanya semakin besar,” ungkapnya, Rabu (26/9/2018)
Ia mengaku merasakan bau busuk yang menyengat dan lalat yang mewabah saat sore-malam hari. Terlebih ketika musim hujan, bau yang ditimbulkan lebih menyengat.
“Kami sebenarnya tidak menuntut macam-macam. Sebagai warga yang hidup bermasyarakat harus baik. Bagaimana lah solusinya supaya tetangga dekat tidak merasakan dampaknya,” tuturnya.
Sementara itu warga lainnya Darminah, tidak hanya merasakan dampak bau tak sedap dan lalat. Air di dalam sumurnya berubah warna sehingga perempuan 70 tahun ini menyuruh anaknya memindahkan sumur ke lokasi yang berjauhan.
Ketika dikonfirmasi, pemilik tempat pemotongan ayam Desa Pondowan, Tayu, Rumi mengaku usahanya tersebut sudah berizin. Namun ia tidak bisa menjelaskan secara gamblang izin apa yang sudah dikantongi. Sebab, usahanya itu berada di tengah pemukiman padat penduduk.
“Usaha saya ada izinnya. Pekerjanya ada 30 warga Desa Pondowan. Kalau soal limbah, pasti ada yang pro dan kontra. Kami tidak bisa menghilangkannya, minimal bisa menguranginya dengan cara menjual bulu ayam ke perajin dan menjual limbah ayam ke peternak lele. Kami tidak memelihara ayam di dalam. Ayam kami dapat dari peternak. Setiap hari setelah dipotong habis diambil pedagang di pasar,” tutupnya.
Editor: Supriyadi