Guru PAUD Pati Dibekali Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus
Cholis Anwar
Jumat, 18 Januari 2019 13:02:14
Ketua penyelenggara diklat, Sumiyati mengatakan, anak berkebutuhan khusus harus diberikan pendidikan yang setara dengan anak-anak yang normal. Pasalnya, dalam menangani anak berkebutuhan khusus secara mental maupun fisik, memang harus sabar.
Di Kabupaten Pati anak berkebutuhan khusus yang belajar di PAUD masih banyak, namun tidak dalam satu sekolah. Bila dalam satu sekolah, biasanya di Sekolah Luar Biasa (SLB), namun kebanyakan terkendala dengan jarak tempuh.
"Untuk itu, Guru PAUD saat ini harus di bekasi dengan mekanisme penanganan pendidikan anak berkebutuhan Khusus. Biasanya untuk penanganan anak Autis, setiap dua murid di ampu satu orang guru," ujarnya.
Lebih lanjut, kompetensi guru PAUD dalam melakukan identifikasi pelayanan terhadap anak berkebutukan khusus masih minim. Bahkan ada banyak yang masih belum dilayani dengan semestinya. Sehingga guru harus di berikan pemahaman terhadap hal tersebut.
"Selain guru, peran orang tua juga juga penting, mereka harus terbuka dengan anaknya yang berkebutuhan khusus. Orang tua jangan malu jika anaknya memiliki kekurangan. Apabila tertutup dan malu nantinya akan berdampak pada perkembangan dan pertumbuhan pendidikan anak, tegasnya.Menurutnya, faktor yang sangat mempengaruhi pelayanan pada anak berkebutuhan khusus semakin terabaikan, adalah karena latar belakang keluarga. Bahkan, orang tua sendiri terkadang juga mengabaikan dan enggan mengajak anaknya untum bersosialisasi."Orang tua harus tahu bahwa anaknya itu berkebutuhan khusus. Sehingga ketika ada masukan dari orang yang faham, terkadang malah di anggap melecehkan. Kemudian orang tua malu menyekolahkan anak yang berkebutuhan khusus tersebut," tandasnya.
Editor: Supriyadi
Murianews, Pati - Guna meningkatkan kualitas tenaga pendidik yang profesional, berkompeten dan trampil dalam memberikan edukasi terhadap anak berkebutuhan khusus di tingkat Pendidik Anak Usia Dini (PAUD), ratusan guru PAUD mengikuti diklatsar di Aula Kampus Institute Pesantren Mathaliul Falah (IPMAFA) Pati, Jumat (18/1/2019).
Ketua penyelenggara diklat, Sumiyati mengatakan, anak berkebutuhan khusus harus diberikan pendidikan yang setara dengan anak-anak yang normal. Pasalnya, dalam menangani anak berkebutuhan khusus secara mental maupun fisik, memang harus sabar.
Di Kabupaten Pati anak berkebutuhan khusus yang belajar di PAUD masih banyak, namun tidak dalam satu sekolah. Bila dalam satu sekolah, biasanya di Sekolah Luar Biasa (SLB), namun kebanyakan terkendala dengan jarak tempuh.
"Untuk itu, Guru PAUD saat ini harus di bekasi dengan mekanisme penanganan pendidikan anak berkebutuhan Khusus. Biasanya untuk penanganan anak Autis, setiap dua murid di ampu satu orang guru," ujarnya.
Lebih lanjut, kompetensi guru PAUD dalam melakukan identifikasi pelayanan terhadap anak berkebutukan khusus masih minim. Bahkan ada banyak yang masih belum dilayani dengan semestinya. Sehingga guru harus di berikan pemahaman terhadap hal tersebut.
"Selain guru, peran orang tua juga juga penting, mereka harus terbuka dengan anaknya yang berkebutuhan khusus. Orang tua jangan malu jika anaknya memiliki kekurangan. Apabila tertutup dan malu nantinya akan berdampak pada perkembangan dan pertumbuhan pendidikan anak, tegasnya.
Menurutnya, faktor yang sangat mempengaruhi pelayanan pada anak berkebutuhan khusus semakin terabaikan, adalah karena latar belakang keluarga. Bahkan, orang tua sendiri terkadang juga mengabaikan dan enggan mengajak anaknya untum bersosialisasi.
"Orang tua harus tahu bahwa anaknya itu berkebutuhan khusus. Sehingga ketika ada masukan dari orang yang faham, terkadang malah di anggap melecehkan. Kemudian orang tua malu menyekolahkan anak yang berkebutuhan khusus tersebut," tandasnya.
Editor: Supriyadi