Bukan tanpa alasan, bagi warga Tionghoa kue keranjang itu mempunyai arti dan filosofi tersendiri. Apalagi, kue keranjang ini memang sudah menjadi ciri khas tahunan dan wajib ada dalam peryaan tahun baru tersebut.
Ketua Pengurus Klenteng Hok Tik Bio Pati, Eddy Siswanto mengatakan, kue keranjang bermakna sebagai penutup hal-hal buruk pada saat imlek berlangsung. Panganan ini melambangkan sebuah keyakinan agar selalu mendapat kebaikan di hari-hari selanjutnya.
Eddy Siswanto membagikan kue kranjang kepada masyarakat. (MuriaNewsCom/Cholis Anwar)[/caption]
"Kue keranjang ini diibaratkan sedang menutup langit agar tidak hujan. Maksudnya biar hal-hal buruk tidak terjadi," ungkap Eddy, Senin (4/2/2019).
Menurutnya, kue keranjang hanya dibuat satu tahun sekali menjelang perayaan Imlek. Kekhasan yang dimiliki kue ini tidak hanya dari bentuknya saja tetapi memang wajib ada sebagai sajian dalam peribadatan, dibagikan kepada saudara, atau bahkan pada tetangga.Sementara untuk filosofinya adalah untuk mendatangkan rizki dan menangkal segala macam nusibah. Terlebih, pembangian kue kranjang itu memang harus dilakukan."Ini adalah tradisi turun temurun yang sampai saat ini masih kita lakukan. Sehingga tujuan dan filosofinya sangat jelas," tandasnya.
Murianews, Pati- Menjelang perayaan tahun baru imlek 2.570 bagi masyarakat Tionghoa, tentunya mempunyai tradisi tersendiri untuk memperingati hal itu. Salah satunya adalah dengan membagikan kue kranjang kepada masyarakat.
Bukan tanpa alasan, bagi warga Tionghoa kue keranjang itu mempunyai arti dan filosofi tersendiri. Apalagi, kue keranjang ini memang sudah menjadi ciri khas tahunan dan wajib ada dalam peryaan tahun baru tersebut.
Ketua Pengurus Klenteng Hok Tik Bio Pati, Eddy Siswanto mengatakan, kue keranjang bermakna sebagai penutup hal-hal buruk pada saat imlek berlangsung. Panganan ini melambangkan sebuah keyakinan agar selalu mendapat kebaikan di hari-hari selanjutnya.
[caption id="attachment_156421" align="alignnone" width="665"]

Eddy Siswanto membagikan kue kranjang kepada masyarakat. (MuriaNewsCom/Cholis Anwar)[/caption]
"Kue keranjang ini diibaratkan sedang menutup langit agar tidak hujan. Maksudnya biar hal-hal buruk tidak terjadi," ungkap Eddy, Senin (4/2/2019).
Menurutnya, kue keranjang hanya dibuat satu tahun sekali menjelang perayaan Imlek. Kekhasan yang dimiliki kue ini tidak hanya dari bentuknya saja tetapi memang wajib ada sebagai sajian dalam peribadatan, dibagikan kepada saudara, atau bahkan pada tetangga.
Sementara untuk filosofinya adalah untuk mendatangkan rizki dan menangkal segala macam nusibah. Terlebih, pembangian kue kranjang itu memang harus dilakukan.
"Ini adalah tradisi turun temurun yang sampai saat ini masih kita lakukan. Sehingga tujuan dan filosofinya sangat jelas," tandasnya.
Editor: Supriyadi