Selametan Bupati dan Derita PKL Simpang Lima Pati
Cholis Anwar
Sabtu, 9 Februari 2019 10:09:39
Tidak banyak yang hadir, hanya ratusan masyarakat sekitar lokasi dan beberapa pedagang yang sebelumnya memang sudah di pesan. Warga yang turut hadir juga menikmati sajian makanan yang sudah digratiskan itu.
Sementara para PKL Simpang Lima, hanya beberapa pedagang saja yang datang. Sebab, rata-rata mereka menolak relokasi tersebut.
Tentu saja dengan berbagai pertimbangan yang matang, terutama kelayakan tempat dan lokasi yang berada di belakang GOR Pesantenan sehingga tidak strategis.
Saat dikonfirmasi oleh MuriaNewsCom, Ketua Paguyuban PKL Simpang Lima Tukul mengaku, hanya ada beberapa pedagang saja yang ikut selametan. "Nanti juga tahu sendiri, siapa yang datang di acara itu," kata Tukul singkat, Sabtu (9/2/2019).
Tukul bersama anggotanya juga merasa gelisah dengan adanya relokasi itu. Apalagi, proses pemindahan sudah mulai dilakukan. Namun, dirinya mengaku akan tetap memperjuangkan aspirasi para anggota untuk tetap menempati Alun-alun Pati.
Ketika ditanya terkait langkah pemkab yang tergesa-gesa merelokasi PKL, Tukul mengaku sudah tidak bisa berpikir lagi. Sebab, berbagai cara sudah dilakukan agar pemkab tudak merolokasi mereka.
"Udah enggak bisa mikir, bingung aku. Yang jelas, lokasi tidak strategis dan hasil sidak Dewa menyatakan tidak atau belum layak, masak mau dipaksakan!," singkatnya.
Pardiman, salah penjual wedang ronde yang turut berjualan di lokasi baru tersebut mengaku, berjualan sudah sejak pukul 17.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Diakui belum ada 10 mangkuk yang terjual.
Padahal, biasanya rentan waktu lima jam tersebut, dirinya sudah menghabiskan 50 mangkuk wedang ronde, bahkan bisa lebih."Kalau di alun-alun, lima jam sudah 50 mabgkok lebih yang terjual. Pelanggan saya juga banyak, kalau ratusan bisa lebih," ungkapnya.Namun, sejak adanya relokasi tersebut, ia hanya bisa pasrah dan menerima nasib. Meski kondisi di lokasi yang baru itu sepi, tetapi dirinya tetap berjualan.Hanya, dirinya tetap berharap agar fasilitas yang ada di tempat baru itu bisa segera dilengkapi. Terutama masalah penerangan dan fasilitas lain yang mendukung. "Harapan saya, dari pebgelola fasilitasnya disini harus memadai," tutur Pardiman.Sementara Haryanto saat diwawancarai awak media mengatakan, selametan itu adalah untuk mengawali perpindahan para PKL. Namun, tidak serta-merta semuanya akan direlokasi pada saat itu juga."Masih ada waktu sampai proses lelang selesai. Tapi kalau para PKL mau langsung menempati, ya silahkan saja. Kalau nanti lelangnya sudah selesai, alun-alun akan kami beri pagar untuk direnivasi," terangnya.Haryanto juga mengaku sudah nendapatkan masukan terkait tempat tersebut. Berbagai masukan itu sudah ditampung dan swcara perlahan akan dilakukan upaya untuk penambahan fasilitas yang belum ada."Masukan sudah ada. Kami akan tampung itu dan perlahan akan kami bangunkan fasilitas yang mendukung," tutupnya.
Editor : Ali Muntoha
Murianews, Pati - Bupati Pati Haryanto bersama dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) serta pedagang kaki lima (PKL), melakukan upacara selametan di tempat relokasi PKL, Jumat (8/2/2019) malam. Selametan itu untuk mengawali perpindahan PKL alun-alun dan PKL yang berada di zona merah.
Tidak banyak yang hadir, hanya ratusan masyarakat sekitar lokasi dan beberapa pedagang yang sebelumnya memang sudah di pesan. Warga yang turut hadir juga menikmati sajian makanan yang sudah digratiskan itu.
Sementara para PKL Simpang Lima, hanya beberapa pedagang saja yang datang. Sebab, rata-rata mereka menolak relokasi tersebut.
Tentu saja dengan berbagai pertimbangan yang matang, terutama kelayakan tempat dan lokasi yang berada di belakang GOR Pesantenan sehingga tidak strategis.
Saat dikonfirmasi oleh MuriaNewsCom, Ketua Paguyuban PKL Simpang Lima Tukul mengaku, hanya ada beberapa pedagang saja yang ikut selametan. "Nanti juga tahu sendiri, siapa yang datang di acara itu," kata Tukul singkat, Sabtu (9/2/2019).
Tukul bersama anggotanya juga merasa gelisah dengan adanya relokasi itu. Apalagi, proses pemindahan sudah mulai dilakukan. Namun, dirinya mengaku akan tetap memperjuangkan aspirasi para anggota untuk tetap menempati Alun-alun Pati.
Ketika ditanya terkait langkah pemkab yang tergesa-gesa merelokasi PKL, Tukul mengaku sudah tidak bisa berpikir lagi. Sebab, berbagai cara sudah dilakukan agar pemkab tudak merolokasi mereka.
"Udah enggak bisa mikir, bingung aku. Yang jelas, lokasi tidak strategis dan hasil sidak Dewa menyatakan tidak atau belum layak, masak mau dipaksakan!," singkatnya.
Pardiman, salah penjual wedang ronde yang turut berjualan di lokasi baru tersebut mengaku, berjualan sudah sejak pukul 17.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Diakui belum ada 10 mangkuk yang terjual.
Padahal, biasanya rentan waktu lima jam tersebut, dirinya sudah menghabiskan 50 mangkuk wedang ronde, bahkan bisa lebih.
"Kalau di alun-alun, lima jam sudah 50 mabgkok lebih yang terjual. Pelanggan saya juga banyak, kalau ratusan bisa lebih," ungkapnya.
Namun, sejak adanya relokasi tersebut, ia hanya bisa pasrah dan menerima nasib. Meski kondisi di lokasi yang baru itu sepi, tetapi dirinya tetap berjualan.
Hanya, dirinya tetap berharap agar fasilitas yang ada di tempat baru itu bisa segera dilengkapi. Terutama masalah penerangan dan fasilitas lain yang mendukung. "Harapan saya, dari pebgelola fasilitasnya disini harus memadai," tutur Pardiman.
Sementara Haryanto saat diwawancarai awak media mengatakan, selametan itu adalah untuk mengawali perpindahan para PKL. Namun, tidak serta-merta semuanya akan direlokasi pada saat itu juga.
"Masih ada waktu sampai proses lelang selesai. Tapi kalau para PKL mau langsung menempati, ya silahkan saja. Kalau nanti lelangnya sudah selesai, alun-alun akan kami beri pagar untuk direnivasi," terangnya.
Haryanto juga mengaku sudah nendapatkan masukan terkait tempat tersebut. Berbagai masukan itu sudah ditampung dan swcara perlahan akan dilakukan upaya untuk penambahan fasilitas yang belum ada.
"Masukan sudah ada. Kami akan tampung itu dan perlahan akan kami bangunkan fasilitas yang mendukung," tutupnya.
Editor : Ali Muntoha