Rabu, 19 November 2025


Ia menyebut, kezaliman yang pertama yakni kezaliman politik internasional. Dalam hal ini ia menyebut negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang dianggap sebagai biangnya.

Said Aqil menilai, anggota tetap Dewan Keamanan PBB seperti Amerika, Inggris, Prancis maupun China punya hak veto yang bisa membatalkan keputusan rapat umum. Meskipun hasil rapat itu telah disetujui 169 negara anggota PBB.

"Meskipun sudah ada keputusan dan sudah disahkan oleh ratusan negara, tetapi kalau Amerika tidak setuju, maka keputusan itu bisa batal. Hal yang sama juga berlaku untuk Inggris, Prancis dan China. Tapi kalau China tidak begitu berperan," ungkapnya.

Hal itu dibuktikan dengan adanya sidang raya PBB yang mengutuk Israil. Tetapi karena Amerika tidak setuju dan akhirnya batal, walaupun keputusan itu sudah di setujui oleh ratusan negara.

Kedua adalah kezaliman bisnis internasional. Ia menilai, permainan bursa ini sangat kentara pada komoditi berupa emas, intan, dan kekayaan alam lainnya.

Namun, yang menentukan harga emas itu adalah bursa internasional. Padahal, Indonesia mempunyai komoditi emas sendiri, tetapi tidak bisa menentukan harga.

Ketiga adalah kedzaliman moneter internasional. Dia mengatakan, dulu nilai tukar tidak harus menggunakan uang. Tetapi karena ada kebijakan moneter, Dolar Amerika Serikat akhirnya menjadi patokan untuk mencetak uang.

"Kalau kita mau mencetak uang Rp 1 triliun misalnya, di bank kita juga harus punya uang dolar AS yang setara dengan 1 triliun itu dan tidak boleh diapa-pakan. Inilah kemudian banyak negara yang ngutang ke Bank Dunia maupun IMF," terangnyaBaca juga: Sementara yang keempat adalah kezaliman di bidang ilmu pengetahuan. Said mengatakan, saat ini yang disebut ilmiah adalah kalau datangnya dari barat. Kalau dari Imam Ghazali, Imam Syafii tidak dianggap sebagai konsep ilmiah."Padahal Imam Ghazali adalah filosof, pemikir, cerdas, dan jenius. Ini yang namanya kezaliman di bidang ilmu pengetahuan. Kalau tidak dari barat, dikatakan tidak ilmiah," tutupnya. Reporter: Cholis AnwarEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler