Kamis, 20 November 2025


Hal itu untuk memastikan sebarapa besar dampak kekeringan tersebut. Sekaligus juga untuk memastikan ketersediaan air untuk didistribusikan ke desa-desa yang rawan krisis air bersih.

Kepala Seksi Penyelamatan Evakuasi dan Penanganan Pengungsi BPBD Jateng Dinarjati mengatakan, dari sekian banyaknya kabupaten yang ada di Jawa Tengah, Pati merupakan kabupaten yang sangat rawan terhadap kekeringan ketika musim kemarau.

"Pati memang salah satu kabupaten yang rawan. Karena itu, kami memantau kondisi ini dengan melakukan dropping air bersih kepada warga Desa Srimulyo, Kecamatan Winong," katanya.

Dari pantauan lapangan yang dilakukan, pihaknya kemudian menyimpulkan bahwa bantuan air bersih untuk warga yang terdampak, harus segera didistribusikan secara merata. Apalagi puncak musim kemarau diprediksi hingga akhir September 2019 mendatang.

"Kami dari BPBD Provinsi Jateng juga berupaya untuk memberikan bantuan air bersih," imbuhnya.

Dirinya juga sudah meminta BPBD Pati agar selalu berkoordinasi dengan BPBD Jateng jika ada hal-hal yang dibutuhkan tetkait bencana kekeringan ini.Sementara itu, Kepala BPBD Pati Sanusi Siswoyo, menyambut baik pemantauan yang dilakukan oleh BPBD Jateng. Diakui bahwa ada sebanyak 88 desa dari 10 kecamatan di Bumi Mina Tani yang mengalami kekeringan.“Saat ini untuk Kabupaten Pati telah siaga bencana selama tiga bulan. Sedangkan dari BMKG, musim kemarau ini puncaknya pada Agustus dan September. Ada air juga dari PDAM, dan PMI terkumpul ada seribu tangki. Kami juga telah mengusulkan pinjam pakai satu tangkai dari provinsi," pungkasnya. Reporter: Cholis AnwarEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler