Ratusan Pedagang Tak Mau Bertahan di Relokasi PKL Alun-Alun Pati
Cholis Anwar
Kamis, 26 September 2019 16:20:24
Terlebih, tempat relokasi itu juga dinilai tidak layak lantaran berada di pinggiran kota dan akses jalan tidak mendukung. Meski pemerintan daerah sudah berupaya untuk mengadakan even di PKK untuk menarik pengunjung, namun sampai saat ini masih sepi.
Rastiyowati, salah satu PKL di PKK mengakui hal tersebut. Menurutnya, dulu pedagang di PKK ada sekitar 300-an lebih. Tetapi saat ini tinggal 80-an pedagang. Sementara khusus untuk yang jualan makanan hanya sekitar 50-an pedagang.
"Kondisinya sangat sepi. Kalaupun ada even, pengunjung rata-rata sudah bawa konsumsi sendiri," katanya, Kamis (26/9/2019).
Dia bercerita, pernah suatu ketika ada even para pelajar di lokasi PKK. yang datang juga sangat banyak. Pada saat itu, dirinya berinisiatif untuk menjual es teh agar laku terjual.
Dengan semangat, dia pun membuat 25 cup es teh dan dijual keliling di PKK. Namun, sampai berakhirnya acara, tidak ada satu pun es teh yang laku.
"Karena tidak laku, es teh langsung saya bagikan kepada teman-teman PKL yang lain," tuturnya.
Selain itu, dirinya juga bercerita, ada salah seorang pelanggan Rastiyowati yang biasa membeli dagangannya pada saat di Alun-Alun Pati. Namun ketika berada di PKK, pelanggannya itu justru enggan datang."Katanya di sini (PKK) angker dan harus bayar pakir untuk masuk. Dia pun malas datang," ceritanya.Meski demikian, jika di pinggiran alun-alun tidak boleh untuk PKL, dirinya berharap agar pemerintah menyediakan tempat relokasi yang layak.Dari pantauan lapangan, kondisi PKK saat ini memang sepi. Bahkan ada banyak gerobak PKL yang dibiarkan menganggur hingga lapuk. Reporter: Cholis AnwarEditor: Ali Muntoha
MURIANEWS.com, Pati – Dari ratusan pedagang kaki Lima (PKL) Alun-Alun Pati yang direlokasi di Pusat Kuliner (PKK) Pati, saat ini hanya tinggal puluhan pedagang yang bertahan. Satu per satu dari mereka memilih pindah dari pada bertahan di lokasi yang dinilai sepi.
Terlebih, tempat relokasi itu juga dinilai tidak layak lantaran berada di pinggiran kota dan akses jalan tidak mendukung. Meski pemerintan daerah sudah berupaya untuk mengadakan even di PKK untuk menarik pengunjung, namun sampai saat ini masih sepi.
Rastiyowati, salah satu PKL di PKK mengakui hal tersebut. Menurutnya, dulu pedagang di PKK ada sekitar 300-an lebih. Tetapi saat ini tinggal 80-an pedagang. Sementara khusus untuk yang jualan makanan hanya sekitar 50-an pedagang.
"Kondisinya sangat sepi. Kalaupun ada even, pengunjung rata-rata sudah bawa konsumsi sendiri," katanya, Kamis (26/9/2019).
Dia bercerita, pernah suatu ketika ada even para pelajar di lokasi PKK. yang datang juga sangat banyak. Pada saat itu, dirinya berinisiatif untuk menjual es teh agar laku terjual.
Dengan semangat, dia pun membuat 25 cup es teh dan dijual keliling di PKK. Namun, sampai berakhirnya acara, tidak ada satu pun es teh yang laku.
"Karena tidak laku, es teh langsung saya bagikan kepada teman-teman PKL yang lain," tuturnya.
Selain itu, dirinya juga bercerita, ada salah seorang pelanggan Rastiyowati yang biasa membeli dagangannya pada saat di Alun-Alun Pati. Namun ketika berada di PKK, pelanggannya itu justru enggan datang.
"Katanya di sini (PKK) angker dan harus bayar pakir untuk masuk. Dia pun malas datang," ceritanya.
Meski demikian, jika di pinggiran alun-alun tidak boleh untuk PKL, dirinya berharap agar pemerintah menyediakan tempat relokasi yang layak.
Dari pantauan lapangan, kondisi PKK saat ini memang sepi. Bahkan ada banyak gerobak PKL yang dibiarkan menganggur hingga lapuk.
Reporter: Cholis Anwar
Editor: Ali Muntoha