Jumat, 21 November 2025


Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupayen Pati Muhtar Efendi mengatakan, kekeringan itu terjadi lantaran musim kemarau yang tergolong panjang. Sampai pada Oktober 2019, hujan belum juga turun.

Padahal, jika berpatokan pada penghitungan musim di Indonesia bagian barat, seharusnya Oktober sudah mulai memasuki musim hujan.

"Itu yang membuat kekeringan di wilayah pertanian semakin banyak. Yang kasihan adalah yang puso, karena padi tidak bisa dipanen. Kalau pun panen, hasilnya juga tidak seberapa," katanya, Kamis (17/10/2019).

Selain hujan yang belum juga turun, kekeringan di lahan pertanian juga karena irigasi dari Waduk Gembong dan Waduk Gunungrowo tidak bisa mencukupi. Artinya, irigasi hanya sampai pada penanaman.

"Karakter padi itu kan memang membutuhkan banyak air, terutama pada saat padi sudah mulai tumbuh. Lha, kemarin itu, saat padi mulai tumbuh, airnya tidak ada," ujarnya.

Untuk irigasi ini, dirinya mengakui sudah berkali-kali konsultasi dengan pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWAS) Pemali Juana. Hanya saja, saat ini kondisi embung maupun bendungan memang kurang air.Karena itu, pihaknya terus mengimbau kepada para petani agar ikut asuransi. Sehingga apabila terjadi kekeringan semacam ini, kerugian yang diderita tidak terlampau tinggi.“Terkait dengan asuransi ada lima ratusan hektare yang ikut asuransi dari sekitar 1.700 yang puso. Harapan kami tentu petani ikut program asuransi ini. Kita tidak menginginkan kondisi yang terburuk ini terjadi,” tandasnya. Reporter: Cholis AnwarEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler