Rabu, 19 November 2025


Apalagi, di tengah keterbatasannya ia berupaya untuk tetap berjuang untuk menghidupi dan menyekolahkan putrinya. Barang di dalam rumah peninggalan almarhum suaminya pun telah habis dijual untuk memenuhi kebutuhan.

Sesekali ia mendapatkan sedikit rezeki dari mencuci pakaian. Namun, waktunya kebanyakan dihabiskan di dalam rumah, sembari menunggu dua putri yang masih duduk di kelas V dan III SD.

Tak jarang tetangga sebelah rumah yang iba berkunjung untuk memberikan makanan dan uang alakadarnya untuk kemudian ia bagi kepada putri-putrinya.

Dari luar, rumahnya nampak bertembok dan apik, hanya saja bagian dalamnya kosong tak ada perabot layak yang bisa terpakai. Mungkin itu alasan hingga detik ini, bantuan dari pemerintah tidak menyentuhnya.

“Belum pernah dapat bantuan dari pemerintah. Kehidupan sehari-hari dibantu tetangga ada yang kasih makan, ada yang kasih uang saku untuk sekolah anak,” kata Suyati, Jumat (15/11/2019).

Melihat keadaan yang demikian, PPDI Pati bersama masyarakat Desa Asempapan, Kecamatan Trangkil, terketuk untuk membantu beban yang dipikul Suyati. Sebuah kios di bagian depan rumah Suyati dibuat, lengkap dengan isinya.

Ketua PPDI Pati, Suratno mengatakan ini merupakan langkah kecil untuk membantu sesama penyandang disabilitas.“Bakti sosial dari masyarakat umum Asempapan yang peduli dengan teman-teman penyandang disabilitas, bekerja sama dengan PPDI Pati supaya saudara tuna netra kita ini, bisa memiliki biaya untuk kehidupan sehari-hari,” terangnya.Dalam waktu dekat pihaknya akan mengajak Suyati ke Kabupaten Kudus untuk sekolah memijat, agar mendapatkan sertifikat untuk membuka praktek pijat tuna netra. Selain itu, ia mengatakan akan mengupayakan agar pihak pemkab dapat memberikan bantuan.“Sama sekali (belum dapat bantuan dari pemerintah). Ini kasihan loh, untuk kehidupan sehari-hari saja susah. Kita ajukan agar mendapatkan bantuan pemkab,” pungkasnya. Reporter: Cholis AnwarEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler