Wabah Radikalisme Disinyalir Menyebar dari Mahasiswa Hingga ASN
Cholis Anwar
Rabu, 4 Desember 2019 17:45:40
Hal iti diungkap Direktur Arus Survei Indonesia (ASI) Ali Rif'an dalam dialog publik bertajuk "Literasi Medsos di Kalangan Pemuda dan Pemuda Sebagai Upaya Deradikalisasi” di aula Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Pati, Rabu (4/12/2019).
Dia juga menyebut, ada 10 perguruan tinggi yang terindikasi terpapar oleh radikalisme. Oleh karena itulah penting dilakukan pencegahan terutama di kalangan pemuda khususnya mahasiswa.
“Sudah menjadi keharusan anak muda saat mendapatkan
broadcast pesan harus disaring dahulu sebelum membagikannya,” terang Rif'an.
Cara lain, dikatakannya harus siap menjadi siskamling digital. Yakni dengan jalan mengawasi keluarga, baik istri, anak maupun saudara terkait apa yang diaksesnya.
Dengan begitu diharapkan proses pengawasan terhadap apa yang diakses dalam media sosial dapat terpantau.
“Indikasi radikal menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu jelas yakni terlihat mulai intoleran, fanatik berlebihan, eksklusif atau merasa paling benar dan menginginkan perubahan secara radikal,” ujarnya.
Meski radikal berbeda bila dibandingkan dengan terorisme, namun menurutnya radikalisme bisa menjadi embrio terorisme. Bedanya radikal masih sebatas pemikiran sementara terorisme lebih kepada perbuatan.“Dengan begitu penanganan radikalisme tidak bisa sebatas represif saja. Tapi juga harus dialog. Yakni dengan melalui jalan diskusi. Ideologi juga harus dilawan dengan ideologi pula,” imbuhnya.Sementara itu, panitia acara Sofiuddin mengatakan, dengan digelarnya acara tersebut memang diharapkan dapat mengajak para pemuda untuk lebih bijak dalam bermedia sosial. Yakni mampu memilah konten yang dibaca maupun akan dibagikan.“Kami ingin mengajak agar tidak mudah terprovokasi dari media sosial dan tentunya lebih bijak saat hendak membagikan konten yang tidak jelas kebenarannya,” terangnya. Reporter: Cholis AnwarEditor: Ali Muntoha
MURIANEWS.com, Pati - Radikalisme di Indonesia, tanpa disadari telah mewabah. Bahkan di kalangan kampus, virus tersebut sudah merasuk. Tak hanya itu, wabah radikalisme juga diyakini menyebar di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN).
Hal iti diungkap Direktur Arus Survei Indonesia (ASI) Ali Rif'an dalam dialog publik bertajuk "Literasi Medsos di Kalangan Pemuda dan Pemuda Sebagai Upaya Deradikalisasi” di aula Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Pati, Rabu (4/12/2019).
Dia juga menyebut, ada 10 perguruan tinggi yang terindikasi terpapar oleh radikalisme. Oleh karena itulah penting dilakukan pencegahan terutama di kalangan pemuda khususnya mahasiswa.
“Sudah menjadi keharusan anak muda saat mendapatkan broadcast pesan harus disaring dahulu sebelum membagikannya,” terang Rif'an.
Cara lain, dikatakannya harus siap menjadi siskamling digital. Yakni dengan jalan mengawasi keluarga, baik istri, anak maupun saudara terkait apa yang diaksesnya.
Dengan begitu diharapkan proses pengawasan terhadap apa yang diakses dalam media sosial dapat terpantau.
“Indikasi radikal menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu jelas yakni terlihat mulai intoleran, fanatik berlebihan, eksklusif atau merasa paling benar dan menginginkan perubahan secara radikal,” ujarnya.
Meski radikal berbeda bila dibandingkan dengan terorisme, namun menurutnya radikalisme bisa menjadi embrio terorisme. Bedanya radikal masih sebatas pemikiran sementara terorisme lebih kepada perbuatan.
“Dengan begitu penanganan radikalisme tidak bisa sebatas represif saja. Tapi juga harus dialog. Yakni dengan melalui jalan diskusi. Ideologi juga harus dilawan dengan ideologi pula,” imbuhnya.
Sementara itu, panitia acara Sofiuddin mengatakan, dengan digelarnya acara tersebut memang diharapkan dapat mengajak para pemuda untuk lebih bijak dalam bermedia sosial. Yakni mampu memilah konten yang dibaca maupun akan dibagikan.
“Kami ingin mengajak agar tidak mudah terprovokasi dari media sosial dan tentunya lebih bijak saat hendak membagikan konten yang tidak jelas kebenarannya,” terangnya.
Reporter: Cholis Anwar
Editor: Ali Muntoha