Kamis, 20 November 2025


Administratur (Adm( Perhutani Pati Sukidi mengatakan, kesadaran untuk mengolah hutan itu harus dilakukan bersama. Tidak hanya Perhutani, tetapi juga warga sekitar dan para pesanggem (petani penggarap lahan hutan).

"Kita sudah menanam jati, tetapi kalau pesanggem masih menanam ketela, tentu pohon jati yang masik kecil akan kalah. Dan akibatnya, tanaman jati tidak bisa tumbuh besar," katanya, Senin (13/1/2020).

Dia menekankan, seharusnya para pesanggem menam tanaman yang bisa hidup di bawah tegakkan pohon. Sehingga, tanaman utama, yakni pohon jati tidak terganggu.

Pihaknya juga mengaku sudah sering melakukan sosialisasi terkait hal itu. Hanya saja, setiap kali penanaman jati dilakukan, lagi-lagi pesanggem masih menanam ketela.

"Imbasnya seperti saat ini, hutan di wilayah KPH Ngarengan pertumbuhannya sangat lambat," ujarnya.
"Imbasnya seperti saat ini, hutan di wilayah KPH Ngarengan pertumbuhannya sangat lambat," ujarnya.Sukidi mengajak masyarakat agar mengembalikan fungsi hutan, yakni selain sebagai fungai ekonomi juga sebagai fungai konservasi. Sehingga kemungkinan terjadinya banjir ini bisa diminimalkan."Fungsi konservasi ini yang sangat penting, artinya sebagai upaya untuk melindungi peranan keanekaragaman hayati sebagai sistem penyangga kehidupan dan mengantisipasi adanya banjir," pungkasnya. Reporter: Cholis AnwarEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar