Harga Jangkrik Pakan Burung di Pati Hancur, Pembudidaya Pilih Vakum
Cholis Anwar
Senin, 4 Oktober 2021 16:12:39
MURIANEWS, Pati - Pembudidaya jangkrik di Kabupaten Pati saat ini tengah meradang. Pasalnya, harga jual pakan burung tersebut berada di titik terendah, yakni hanya Rp 16 ribu per kilogram.
Pembudidaya jangkrik di Desa Bumiharjo, Kecamatan Winong,
Pati, Hanif Fatoni mengatakan, sejak sebulan terakhir harga jual turun drastis. Yang semula harga normal Rp 50 ribu per kilogramnya, kini anjlok dan berada di harga terendah Rp 16 ribu.
"Ini sangat parah, karena hanya Rp 16 ribu per kilo. Sampai 74 persen ini kan, sangat murah sekali. Padahal untuk budidaya jangkrik, biaya yang kami keluarkan juga banyak," katanya, Senin (4/10/2021).
Dia merinci, untuk harga bibit telur saja masih terbilang tinggi yakni Rp 200 ribu per kilogramnya. Ditambah lagi harga pakan yang mencapai Rp 400 ribu per sak ukuran 50 kilogram.
"Per sak hanya cukup untuk pakan satu kotak, dalam sebulan bisa panen. Satu kotak maksimal hanya menghasilkan panen 50 sampai 60 kilogram saja," ujarnya.
Baca: LI Pati Ditutup, Ada yang Protes Lapor Komnas HAM hingga GubernurDirinya mengaku jika dikalkulasi, hasil panen tidak menutup modal yang sudah dikeluarkan. Belum lagi pengeluaran untuk pakan tambahan dan tenaga.
Dirinya mengaku jika dikalkulasi, hasil panen tidak menutup modal yang sudah dikeluarkan. Belum lagi pengeluaran untuk pakan tambahan dan tenaga.Pihaknya bersama para pembudidaya lain sudah berupaya mencari pengepul hingga ke berbagai daerah. Namun hasilnya mereka menawarkan harga jual yang sama. Sehingga, menghadapi problem ini, dirinya bersama dengan pembudidaya lain memilih untuk vakum."Kami tunggu dulu hingga harganya membaik. Ada 40-an orang di desa kami yang menbudidaya jangkrik. Semuanya masih belum menjual jangkriknya kalau harga belum membaik," terangnya.Sementara Eguh Prasetyo yang juga pembudidaya jangkrik berharap ada solusi dari pemerintah atas permasalahan ini. Mengingat, hingga saat ini mereka masih ketergantungan dengan para tengkulak dalam hal penjualan."Semoga nantinya bisa mandiri dalam menjual bahkan mengolah hasil panen, sehingga dapat mendongkrak nilai jual," pungkasnya. Reporter: Cholis AnwarEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_243745" align="alignleft" width="1280"]

Para pembudidaya memilah jangkrik yang dijual untuk pakan burung. (MURIANEWS/Cholis Anwar)[/caption]
MURIANEWS, Pati - Pembudidaya jangkrik di Kabupaten Pati saat ini tengah meradang. Pasalnya, harga jual pakan burung tersebut berada di titik terendah, yakni hanya Rp 16 ribu per kilogram.
Pembudidaya jangkrik di Desa Bumiharjo, Kecamatan Winong,
Pati, Hanif Fatoni mengatakan, sejak sebulan terakhir harga jual turun drastis. Yang semula harga normal Rp 50 ribu per kilogramnya, kini anjlok dan berada di harga terendah Rp 16 ribu.
"Ini sangat parah, karena hanya Rp 16 ribu per kilo. Sampai 74 persen ini kan, sangat murah sekali. Padahal untuk budidaya jangkrik, biaya yang kami keluarkan juga banyak," katanya, Senin (4/10/2021).
Dia merinci, untuk harga bibit telur saja masih terbilang tinggi yakni Rp 200 ribu per kilogramnya. Ditambah lagi harga pakan yang mencapai Rp 400 ribu per sak ukuran 50 kilogram.
"Per sak hanya cukup untuk pakan satu kotak, dalam sebulan bisa panen. Satu kotak maksimal hanya menghasilkan panen 50 sampai 60 kilogram saja," ujarnya.
Baca: LI Pati Ditutup, Ada yang Protes Lapor Komnas HAM hingga Gubernur
Dirinya mengaku jika dikalkulasi, hasil panen tidak menutup modal yang sudah dikeluarkan. Belum lagi pengeluaran untuk pakan tambahan dan tenaga.
Pihaknya bersama para pembudidaya lain sudah berupaya mencari pengepul hingga ke berbagai daerah. Namun hasilnya mereka menawarkan harga jual yang sama. Sehingga, menghadapi problem ini, dirinya bersama dengan pembudidaya lain memilih untuk vakum.
"Kami tunggu dulu hingga harganya membaik. Ada 40-an orang di desa kami yang menbudidaya jangkrik. Semuanya masih belum menjual jangkriknya kalau harga belum membaik," terangnya.
Sementara Eguh Prasetyo yang juga pembudidaya jangkrik berharap ada solusi dari pemerintah atas permasalahan ini. Mengingat, hingga saat ini mereka masih ketergantungan dengan para tengkulak dalam hal penjualan.
"Semoga nantinya bisa mandiri dalam menjual bahkan mengolah hasil panen, sehingga dapat mendongkrak nilai jual," pungkasnya.
Reporter: Cholis Anwar
Editor: Ali Muntoha