Senin, 25 September 2023

Jerit Pengusaha Bus Wisata, Dulu Penghasilan Rp 200 Juta Kini Nol Rupiah

Cholis Anwar
Kamis, 14 Oktober 2021 12:36:06
Pengusaha Soegiharto mengecek kondisi bus miliknya. (MURIANEWS/Cholis Anwar)
[caption id="attachment_245751" align="alignleft" width="1280"] Pengusaha Soegiharto mengecek kondisi bus miliknya. (MURIANEWS/Cholis Anwar)[/caption]

MURIANEWS, Pati - Pelaku usaha perjalanan pariwisata, hingga saat ini harus menelan pil pahit. Pasalnya, banyak objek wisata yang belum dibuka untuk umum lantaran masih terjadi pandemi Covid-19.

Mutlak, kondisi ini pun membuat bus pariwisata mangkrak di garasi lantaran tidak ada orderan sama sekali. Bahkan, sebagian besar armada sudah ada yang dijual untuk menutup angsuran bulanan.

Hal itu diakui oleh pemilik bus pariwisata di Desa Tlogorejo, Kecamatan Tlogowungu, Patu, Baptis Soegiharto. Menurutnya, kondisi tersebut sudah berlangsung hampir dua tahun. Namun, yang paling parah mulai tahun ini.

Terlebih setelah adanya kebijakan pemerintah terkait PPKM Darurat Jawa-Bali hingga level empat. Bahkan rentetan PPKM itu, hingga saat ini juga belum selesai.

"Jelas terpukul. Tidak ada pemasukan sama sekali, karena armada bus nganggur. Tidak ada orderan sama sekali," katanya, Kamis (14/10/2021).

[caption id="attachment_245752" align="alignleft" width="1280"] Pengusaha bus wisata tengah membersihkan kabin bus yang tersisa. (MURIANEWS/Cholis Anwar)[/caption]

Dia menyebut, sebelum adanya pandemi, ia mampu mendapatkan penghasilan hingga Rp 200 juta selama sebulan. Itu dengan jumlah armada bus yang mencapai sebelas unit.

Namun kini taka da pemasukan sama sekali alias nol rupiah.

"Rp 200 juta itu sudah bersih, sudah bisa bayar angsuran bulanan. Bahkan kadang masih ada sisa lebih. Angsuran saja, perbulan bisa sampai Rp 150 juta lebih," ujarnya.

Baca: Pengusaha Perjalanan Wisata di Pati Sampai Jual Bus, Sudah Setahun Karyawan Dirumahkan

Itu semua karena banyaknya orderan bus pariwisata. Belum lagi kalau musim liburan sekokah, banyak juga yang mulai memesan jauh hari sebelum pemberangkatan.

"Yang paling banyak itu biasanya wisata religi atau ziarah, kemudian liburan sekolah. Kalau saat ini kan wisata religi masih banyak yang tutup, wisata juga begitu. Bus hanya nganggur di garasi saja," terangnya.

Saat ini, pihaknya tidak bisa berbuat banyak, lantaran tidak punya pemasukan sama sekali. Bahkan sekitar 30-an karyawan sudah di-PHK lantaran tidak sanggup membayar apabila tetap bekerja.

"Bus yang semula 11 unit, sekarang hanya tinggal lima unit. Yang lainnya saya jual untuk kebutuhan harian dan bayar angsuran. Harga jual bus pun turun 50 persen, malah rugi banyak," keluhnya.

 

Reporter: Cholis Anwar
Editor: Ali Muntoha

 

https://www.youtube.com/watch?v=6_V7oCEkbCs

Komentar